TUJUAN
PENDIDIKAN ISLAM
A.
Rumusan
Tujuan Pendidikan Islam
Dalam
adagium ushuliyah dinyatakan bahwa al-umur bi maqashidiyah, bahwa setiap
tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah
ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan serharusnya berorientasi
pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata –mata berorientasi pada sederetan
materi. Sehingga tujuan study Islam terlebih dahulu harus dirumuskan, sebelum
komponen-komponen lainnya
Pandangan
“objective oriented” (berorientasi pada tujuan) mengajarkan bahwa tugas guru
yang sesungguhnya bukanlah mengajarkan ilmu atau kecakapan tertentu pada anak
didiknya saja, akan tetapi juga merealisir atau mencapai tujuan pendidikan.
Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan
dengan “ghayat” atau “ahdaf” atau “maqasid”. Sedangkan dalam bahasa Inggris,
istilah ‘tujuan” dinyatakan dengan “goal” atau “perpose” atau “objective” atau
“aim”. Secara umum istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang sama,
yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, atau
maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas Tujuan itu sendiri
menurut Zakiyah Darajat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu
usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin, tujuan itu bisa
jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak
tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu
).Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya
pengertian itu terpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu
maksud tertentu.
Tujuan
merupakan sasaran, arah, yang hendak dituju, dicapai dan sekaligus menjadi
pedoman yang member arah bagi segala aktivitas dan kegiatan pendidikan yang
sudah dilakukan. Dengan kata lain, tujuan merupakan standar usaha yang dapat
ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik
pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Tujuan dapat membatasi ruang gerak
usaha, agar kegiatan dapat berfokus pada apa yang di cita-citakan, dan yang
terpenting lagi dapat memberi penilaian atau evaluasi pada kegiatan-kegiatan
dari usaha pendidikan.
Beberapa
perbedaan tujuan yang ada di berbagai Negara dan filosof dapat dinyatakan
sebagai berikut :
-
Sparta, Negara ini
mempunya tujuan pendidikan mempersiapkan laki-laki yang kuat jasmaninya dalam
peperangan dan fasih pembicaraannya di majelis.
-
Athena, tujuan
pendidikannya adalah mempersiapkan individu-individu supaya menjadi individu
yang utuh (the exelence man as man). Maksudnya supaya seseorang itu mampu
berdiri sendiri dan harmonis dalam tingkah lakunya serta seimbang pula antara
kekuatan jasmani dan rohaninya,serta baik akhlaknya baik perkataan maupun
perbuatannya.
-
Jepang modern,
pendidikan di Negara ini menghasilkan pegawai yang ikhlas dan setia pada
rajanya, dan mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk kepentingan
kerajaan.
-
Amerika serikat, yang
menjadi pelopor system demokrasi liberal di dunia, mengetengahkan tujuan
pendidikan pada bentuknya manusia warga Negara yang demokratis dan warga Negara yang baik serta memiliki
efisiensi social dan kehidupan ekonomi yang bermutu. Dari sini Nampak bahwa
rumusan manusia ideal yang hendak di bentuk melalui proses kependidikan adalah
manusia yang berjiwa demokratis, taat
kepada peraturan perundang-undangan Negara selaku warga Negara serta memiliki
kompetensi dalam mengolah kehidupan ekonomi yang bernilai cukup tinggi.
Adapun
beberapa filosof menberikan formulasi tujuan sebuah pendidikan, diantaranya :
-
Aristoteles, bahwa
tujuan pendidikan ialah mempersiapkan akal untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
sebagaimana bumi disiapkan untuk tumbuh-tumbuhan dan tanaman.
-
Immanuel kant,
pendidikan bertujuan untuk mengangkat manusia kepada kesempurnaan yang mungkin
di capai .
-
Herbert spenser, tujuan
yang hendak dicapai dari sebuah pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya
dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
Pada dasarnya tujuan pendidikan islam
sejalan dengan tujuan misi islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak al-karimah,
selain itu, ada dua sasaran pokok yang akan dicapai oleh pendidikan islam tadi,
kebahagiaan dunia dan kesejahteraan akhirat, memuat dua sisi penting. Dan ini
dipandang sebagai nilai lebih pendidikan islam dibandingkan pendidikan lain
secara umum. Istilah tujuan atau maksud dalam bahasa arab dinyatakan dengan
ghayat,ahdaf, dan maqashid. Sedangkan dalam bahasa inggris dinyatakan dengan
goal, purpouse atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah tersebut
mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu
tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya tau
aktifitas
Ada juga yang memberikan uraian bahwa
tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi lima bagian, pendapat ini menurut
Fadlil al-jamily yaitu
-
Mengenalkan manusia
akan perannya di antara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam
hidup ini
-
Mengenalkan manusia
akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat
-
Mengenalkan manusia
akan alam ini dan mengajar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta
memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam
tersebut.
-
Mengenalkan manusia
akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya.
Ali
Ashraf menawarkan tujuan pendidikan Islam dengan terwujudnya penyerahan mutlak
kepada Allah SWT, pada tingkat individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada
umumnya. Tujuan umum itu merupakan kristalisasi dari tujuan khusus pendidikan
Islam. Adapun tujuan khusus pendidikan Islam menurut Ali Ashraf
-
Mengembangkan wawasan
spiritual yang semakin mendalam serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai
Islam dalam konteks kehidupan modern;
-
Membekali anak muda
dengan berbagai pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan,
kesejahteraan, lingkungan social, dan pembangunan nasional;
-
Mengembangkan kemampuan pada diri peserta
didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komperatif kebudayaan dan
peradaban islami di atas semua kebudayaan lain;
-
Memperbaiki dorongan
emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat
berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang
salah;
Dari
seluuruh formulasi tujuan pendidikan islam di atas, dapatlah diambil sebuah
benang merah tujuan pendidikan islam adalah bahwa terbentukmya insane kami yang
didalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu menjelaskan tugas-tugas
kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris nabi. Dalam versi yang lain, muhamad iqbal
yang dikutip dawan raharjo, memberikan criteria insane kamil dengan insane yang
beriman yang didalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, pembuatan, dan
kebijaksanaan dan mempunyai sifat-sifat yang tercermin dalam pribadi nabi berupa
karimah.
B.
Tahap-tahap
tujuan pendidikan islam
Dalam
dinamika kehidupan manusia, akan terjadi keterbatasan yang terikat oleh ruang
dan waktu, sehingga rumusan tujuan pendidikan tidak dapat melampaui batas-batas
kehidupan itu. Artinya, kondisi psikis serta lingkungan ia berada, selalu
menjadi perhatian dan penekaan dalam perumusan tujuan pendidikan.
Konskuensinya, perumusan tujuan pendidikan akan menjadi terbuka dan berjenjang
atau bertahap.
Terbuka
artinya, bahwa rumusan tujuan pendidikan bisa terus diperluas dan
disempurnakan. Sedangkan berjenjang berarti dapat disesuaikan dengan tuntutan
yang bersifat insidental, instrumental, maupun mental. Berawal dari sini maka
beberapa ahli memberikan pandangan mengenai tahap-tahap dalam tujuan
pendidikan.
Abu
ahmadi berpandangan bahwa tahap-tahap dalam tujuan pendidikan islam meliputi :
1) Tujuan
tertinggi atau tujuan terakhir
2) Tujuan
umum
3) Tujuan
khusus
4) Tujuan
sementara
Demikian juga zakiyah derjat juga membagi
tahap tujuan pendidikan islam menjadi empat, dengan perincian :
1)
Tujuan umum
2)
Tujuan akhir
3)
Tujuan sementara
4)
Tujuan oprasional
Dari beberapa pembagian tersebut, pada dasarnya
tahap tujuan pendidikan iskam mencakup empat tahap yaitu :
1. Tujuan
umum, ialah tujuan yang hendak dicapai seluruh kegiatan pendidikan, baik dengan
pengajaran dan yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang
meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum
ini berbeda dalam setiap tingkat umur, kecerdasan, situasai dan kondisi, dengan
kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar
pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu
yang redah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
2. Tujuan
akhir, ialah tujuan yang disandarkan pada akhir hidup manusia, karna pendidikan
islam berlangsung selama manusia masih hidup. Tujuan umum yang berupa insan
kamil dengan pola takwa misalnya, dapat mengalami perubahan naik turun,
bertambah berkurang, dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan
pengalaman dapat mempengaruhinya. Karna itulah pendidikan islam berlaku selama
hidup untuk menumbuhkan, menumpuk, mengembangkan, memelihara, dan memperthankan
tujuan pendidikan yang telah tercapai. Orang yang bertaqwa dalam bentuk insan
kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan, sekurang-kuangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan
berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan.
3. Tujuan
sementara, ialah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang di rencana
kan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.tujuan oprasional dalam bentuk semisal tujuan instruksional yang
dikembangkan menjadi tujuan instuksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat
dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Pada tujuan sementara
bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan mekipun dalam ukuran
sederhana, sekurang-kurangnya beberapa cirri poko sudah kelihatan pada pribadi
peserta didik. Tujuan pendidikan islam seolah-olah merupakan sebuah lingkaran,
yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil.
Semakin tinggi tigkat pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi
sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus
kelihatan. Bentuk inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Dan disinilah
barangkali perbedaan tujuan pendidikan islam dibandingkan dengan pendidikan
yang lain. Contoh aplikasinya dalam pendidikan
misalnya, sejak tingkat taman kanak dan sekolah dasar, gambar insane
kamil itu hendaknya sudah terpolakan. Bentuk insane kamil dengan pola taqwa
harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan islam. Oleh karna itu semua
lembaga pendidikan islam harus mampu merumuskan tujuan pendidikan islam sesuai
dengan tingkat jenis pendidikannya.
4. Tujuan
oprasional, yaitu tujuan praktis yang akan di capai dengan sejumlah kegiatan
pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan degan bahan-bahan yang sudah di persiap kan
dan di perkirakan akan mencapai tujuan tertentu di sebut tujuan oprasional.dalam pendidikan
formal, tujuan oprasional ini di sebut
tujuan instruksioal yang selanjut nya
di kembangkan menjadi tujuan
instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK).
Tujuan instruksional ini merupakan
tujuan pengajaran yang di rencana kan
dalam unuit-unit pengajaran. Dalam
tujuan oprasional ini lebih ditekankan
kemampuan dan keterampilan peserta didik
dari pada sipat penghayatan dan kepribadian , missal nya dapat berbuat
,terampil melakukan , lancer mengucap
kan dan sebagai nya.
C.
Aspek-Aspek
Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana
dikutip oleh Majid ‘Irsan Al-Kaylani (1986:177-178), tujuan pendidikan
islam tertuju pada empat aspek, yaitu: a. Tercapainya pendidikan tauhid; b.
Mengetahui ilmu Allah melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluk-Nya; c.
Mengetahui kekuatan Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan
kreativitas makhlukNya; d. Mengetahui apa yang di perbuat Allah tentang
realitas dan jenis-jenis perilakunya.
Aspek tujuan pendidikan Islam menurut
Abd Rahman shaleh Abd Allah dalam bukunya Education
Theory, a quranz Outlook ,meliputi empat hal, yaitu
1. Tujuan Jasmaniah (ahdap al
Jismiyyah)
Tujuan
pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selaku kholifah di muka bumi
yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus di samping rohani yang teguh.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda artinya “Orang mukmin yang kuat itu
lebih baik dan labih disayangi oleh Allah SWT. dari pada mukmin yang lemah”.
Kata “
kuat “ dalam hadits di atas dapat diartikan dengan kuat secara jasmani sesuai
dengan firman Allah : Sesungguhnya Allah SWT telah memilihnya menjadi rajamu
dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang kuat perkasa.“
Dalam ayat
di atas dikisahkan bahwa Thalut dipilih oleh Allah menjadi raja karena
ia pandai dan kuat tubuhnya untuk melawan Djalut yang terkenal berbadan
besar seperti raksasa, namun Thalut dapat mengalahkannya dengan perantaraan
Daud yang melemparkan bandilnya dengan pertolongan Allah sehingga dapat
merobohkan tubuh Djalut sehingga tewas.
Jadi
tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia Muslim yang sehat dan
kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi.
2. Tujuan Rohaniah (Ahdaf al
Ruhaniyyah)
Kalau kita
perhatikan, tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia menerima agama Islam
yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah, Tuhan Yang Maha
Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas yang diajarkan-Nya
dengan mengikuti keteladanan Rasulullah SAW inilah tujuan rahaniah pendidikan
Islam.
Tujuan
pendidikan rohaniah, diarahkan kepada pembentukkan akhlak mulia, yang ini oleh
para pendidik modern Barat dikategorikan sebagai tujuan pendidikan religius,
yang oleh kebanyakan pemikir pendidikan Islam tidak disetujui istilah itu,
karena akan memberikan kesan akan adanya tujuan pendidikan yang non religius
dalam Islam
Muhammad Qutb
mengatakan bahwa tujuan pendidikan rohiyyah mengandung pengertian “ Ruh ” yang
merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah SWT,
dan pendidikan Islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa
sehingga ia selalu tetap berada dalam hubungan dengan Allah SWT
3. Tujuan Akal (Ahdaf al Aqliyah)
Selain tujuan jasmaniah dan tujuan
rohaniah, pendidikan Islam juga memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan ini
bertumpu pada pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak.
Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di
jagad raya ini. Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang harus
dijadikan obyek pengamatan dan renungan fikiran manusia sehingga dari padanya
ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang dan makin
mendalam. Firman Allah yang mendorong pendidikan akal banyak terdapat di dalam
Al-Quran tak kurang dari 300 kali. Sebagai contoh:
Artinya : ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal,” (QS Ali Imran: 190)
Artinya :” Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa
yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta?
hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (QS.
Ar Ra’d: 19)
Kemudian melalui proses observasi dengan panca indra manusia
dapat dididik untuk menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti, menganalisis
keajaiban ciptaan Allah SWT. di alam semesta yang berisi khazanah ilmu
pengetahuan yang menjadi bahan pokok pemikiran yang analitis untuk dikembangkan
menjadi ilmu ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam bentuk-bentuk teknologi
yang semakin canggih.
Proses intelektualisasi pendidikan Islam terhadap sasaran
pendidikannya berbeda dengan proses yang sama yang dilakukan oleh pendidikan
non Islami, misalnya pendidikan sekuler di Barat. Ciri khas pendidikan yang
dilaksanakan oleh pendidikan Islam adalah tetap menanamkan
(menginternalisasikan) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam seperti
keimanan, akhlak, dan ubudiyah serta mu’amalah ke dalam pribadi manusia didik.
4. Tujuan Sosial (Ahdaf al
Ijtima’iyyah)
Tujuan
sosial ini merupakan pembentukkan kepribadian yang utuh. Di mana identitas
individu, di sini tecermin sebagai manusia yang hidup pada masyarakat yang
plural (majemuk). Tujuan pendidikan sosial ini penting artinya karena manusia
sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogyanya mempunyai kepribadian yang utama dan
seimbang. Yang karenanya tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan
bermasyarakat.
Individu
merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam masyarakat atau
keluarga, Atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu yang sama sebagai
anggota masyarakat . kesesuaiannya dengan cita-cita sosial diperoleh dari individu-individu.
Maka persaudaraan dianggap sebagai salah satu kunci konsep sosial dalam Islam
yang menghendaki setiap individu memerlukan individu lainnya dengan cara-cara
tertentu
Keserasian
antara individu dan masyarakat tidak mempunyai sifat kontradiksi antara tujuan
sosial dan tujuan individual. “ aku ” adalah “ kami ”, merupakan pernyataan
yang berarti seseorang tidak boleh kehilangan “ aku ”–nya dalam ke hidupan
masyarakat. Pendidikan menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter yang
unik, agar manusia mampu beradaftasi dengan standar masyarakat bersama-sama
dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan yang seperti inilah yang
merupakan karakteristik peretama yang akan dicari dalam tujuan pendidikan
Islam.
1.
Tujuan Normatif
Tujuan yang ingin dicapai
berdasarkan norma-norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak
diinternalisasi, misalnya :
a.
Tujuan formatif yang bersifat memberi persiapan dasar yang
korektif.
b.
Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk
membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.
c.
Tujuan determinatif yang bersifat memberi kemampuan
untuk mengarahkan dari pada sasaran- sasaran yang sejajar dengan proses
kependidikan.
d. Tujuan integratif yang bersifat
memberi kemampuan untuk memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan,
ingatan, dan nafsu) kearah tujuan akhir.
e.
Tujuan aplikatif yang bersifat memberikan kemampuan
penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.
2.
Tujuan Fungsional
Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kemampuan peserta
didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil
pendidikan yang diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi :
a. Tujuan individual, yang
sasarannya pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan
nilai-nilai yang telah diinternalisasikan kedalam pribadi berupa moral,
intelektual dan skill.
b. Tujuan sosial, yang sasarannya
pada pemberian kemampuan pengamalan nilai-nilai kedalamm kehidupan sosial,
interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
c. Tujuan moral, yang sasarannya pada
pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas
dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis), dorongan sosial
(sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis), dan dorongan biologis
(biogenetis).
d. Tujuan profesional, yang sasarannya
pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya, sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki.
3.
Tujuan Operasional
Tujuan yang mempunyai sasaran teknis
manajerial. Menurut langeveld, tujuan ini dibagi menjadi enam macam, yaitu :
a. Tujuan umum (tujuan total), menurut
Kohnstam dan Guning, tujuan ini mengupayakan bentuk manusia kamil, yaitu
manusia yang dapat menunjukan keselaraasn dan keharmonisan antara jasmani dan
rohani, baik dalam segi kejiwaan, kehidupan individu, maupun untuk kehidupan
bersama yang menjadikan integritas ketiga ini hakikat manusia.
b. Tujuan khusus, tujuan ini sebagai
indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujuan pendidikan yang disesuaikan
dengan keadaan tertentu, baik berkaitan dengan cita-cita pembangunan suatu
bangsa, tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan, bakat kemampuan peserta
didik, seperti memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
untuk bekal hidupnya setelah ia tamat, dan sekaligus merupakan dasar persiapan
untuk melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya.
c. Tujuan tak lengkap, tujuan ini
berkaitan dengan kepribadian manusia dari suatu aspek saja, yang
berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, misalnya kesusilaan, keagamaan,
keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dan sebagainya.
d. Tujuan insidental (tujuan seketika),
tujuan ini timbul karena kebetulan, bersifat mendadak, dan besifat sesaat,
misalnya mengadakan sholat jenazah ketika ada orang yang meninggal.
e. Tujuan sementara, tujuan yang
ingin dicapai pada fase-fase tertentu dari tujuan umum, seperti fase anak
yang tujuan belajarnya adalah membaca dan menulis, fase manula yang
tujuan-tujuannya adalah membekali diri untuk menghadap ilahi, dan
sebagainya.
f. Tujuan intermedier, tujuan yang
berkaitan dengan penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan demi tercapainya
tujuan sementara, misalnya anak belajar membaca dan menulis, berhitung dan
sebagainya.
Komponen
komponen tujuan di atas tidak hanya berfokus pada tujuan yang bersifat
teoritis,tetapi juga tujuan praktis yang sasarannya pada pemberian kemampuan
praktis peserta didik. Sehingga setelah ia mendapatkan sebuah proses didikan
tertentu, ia akhirnya dapat mengaplikasikannya dengan penuh tanggung jawab,
sesuai kompetensi dimilikinya.
Dalam
islam, orientasi sebuah pendidikan akan mengacu pada minimal 4 aspek, yaitu :
-
Berorientasi pada tujuan dan tugas pokok manusia. Manusia di
alaam semesta ini tentunya tidak karena kebetulan atau sia-sia saja. Ia
ciptakan dengan membawa tujuan dan tugas tertentu, yaitu sebagai ‘abd dan
kholifah fi ardh. Untuk itu pendidikan islam harus mampu mengantarkan
memformulasikan system pendidikannya kearah pencapaian tugas dan fungsi manusia
ciptakan di dunia.
-
Berorientasi pada sifat dasar dan alami (nature) manusia.
Manusia diciptakan tuhan dengan di bekali berbagai fitrah yang memiliki
kecenderungan pada hanif lewat tuntutan agama-nya. Sehingga pola pendidikan
harus mampu mengembangkan fitrah insaniyah tersebut sesuai dengan kapasitas
yang dimilikinya.
-
Berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman, yang
merupakan pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam menghadapi
dinamika perkembangan modern yang penuh dengan ekselerasi.
-
Berorientasi kehidupan ideal islam, yang mengandung
nilaibahwa sistem pendidikan islam harus mampu menyeimbangkan dan memadukan
antara kepentingan hidup dunia dan akhirat. Keseimbangan dan keserasian antara
kedua kepentingan hidup tersebut menjadi daya tangkal terhadap
pengaruh-pengaruh negative dan berbagai gejola kehidupan yang menghambat
ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial,
kultural, ekonomis maupun ideologi dalam kehidupan pribadi manusia.
Untuk
dapat mengformulasikan sebuah tujuan dalam pendidikan yang adaptip dan
kompetitif, maka harus mengacu pada beberapa prinsip dibawah ini, yaitu :
-
Prinsip universal (syumuliyyah). Yaitu prinsip yang memandang
bahwa pendidikan merupakan sebuah realisasi dan implementasi dari seluruh aspek
yang dihadapi manusia. Diantaranya aspek agama (ibadah, akhlak, dan muamalah),
aspek manusia sendiri (jasmani, rohani, dan nafsu), masyarakat dengan tekanan
kehidupannya, dan adanya realitas dunia dan hidup itu sendiri. Implikasinya
terhadap formulasi tujuan pendidikan yaitu akan membuka, mengembangkan, dan
mendidik seluruh dimensi pribadi manusia dan segala modalitasnya, xan
meningkatkan kondisi kebudayaan, sosial, ekonomi, politik sebagai problem
solving dalam dinamika kehidupan dan cita-cita luhur.
-
Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun wa
iqtishadiyah). Yaitu keseimbangan seluruh aspek kehidupan manusia, berbagai
kebutuhan individual dan komunitas, serta tuntutan pelestarian nilai-nilai
budaya masa kini, serta berusaha memadukannya guna menjembatani problematika
kehidupan manusia.
-
Prinsip kejelasan (tabayun). Sebuah prinsip yang didalamnya
teradapat ajaran dan hokum yang berfungsi memberikan kejelasan terhadap
kejiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan hokum dari problem yang
dihadapi, sehingga terwujud tujuan , kurikulum, dan metode pendidikan secara
jelas dan sistematis.
-
Prinsip tak bertentangan, yaitu prinsip yang di dalamnya
tidak ada pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaan sistem
pendidikan yang direncanakan, namun dapat berjalan secara harmonis dan simultan
da saling mendukung.
-
Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan, yaitu tidak adanya
sifat hanyalah dalam kandungan materi dan program pendidikan, tidak berlebihan,
serta adanya kaidah yang pragtis realistis dan sesuai dengan fitrah, situasi
dan kondisis seperti sosioekonomi, sosiopolitik, dan sosiokultural, serta
kemampuan peserta didik.
-
Prinsip perubahan yang diingini, yaitu adanya perubahan
strukrur manusia yang meliputi jasmaniyah, runiyah,nafsuniyah, serta perubahan
kondisi psikologis, sosiologis,epistomologis,paragigma,intelegensi,
nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan
pendidikan.
-
Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu, yaitu dengan
tetap mempertimbangan dan memperthatikan pluralitas peserta didik, baik berupa
ciri-ciri, kebutuhan, intelegensia, kebolehan, minat, sikap, tahap pemetangan
jasmani, akal, emosi, sosial, dan semua aspek yang ada secara serasi dan
seimbang. Asumsi yang dibangun adalah bahwa semua induvidu “tidak sama” dengan
lainnya.
-
Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan
yang terjadi pada pelaku pendidikan serta lingkungan dimanapun pendidikan itu
dilaksanakan. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkaya seluruh metode yang
digariskan oleh ajaran agama.
Selain perinsip di atas, Hilda taba memberi pandangan
sendiri mengenai formulasi tujuan pendidikan islam, yaitu prinsip-prinsip pokok
dalam rumusan tujuan pendidikan.
Rumusan tersebut adalah :
1) Rumusan tujuan hendaknya meliputi
aspek bentuk tingkah laku yang duharapkan (proses mental) dan bahan yang
berkaitan dengan (produk).
2) Tujuan-tujuan komples harus ditata
sevara mapan, analitis, dan spesiik, sehingga tampak jelas bentuk-bentuk
tingkah laku yang diharapkan.
3) Formulasi harus jelas untuk
pembentukan tingkah laku yang diinginkan dengan kegiatan belajar tertentu,
4) Tujuan tersebut pada dasarnya
bersifat developmental yang mencerminkan arah yang hendak dicapai
5) Formulasi harus realistis, dan hendaknya
memasukan terjemahan ke dalam kurikulum dan pengalaman belajar,
6) Tujuan mencangkup segala aspek
perkembangan peserta didik yang menjadi tanggung jawab sekolah.
No comments:
Post a Comment