BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Berbicara
masalah Pendidikan Islam merupakan elemen vital dalam pendidikan. Karena
Pendidikan Islam menjadi tonggak keberhasilan pendidikan secara komperehensif.
Pendidikan Islam sering disebut juga pendidikan moral (karakter). Bagaimana
tidak, pendidikan tanpa karakter maka bisa dikatakan pendidikan itu kualitasnya
di bawah standar.
Pendidikan
itu sendiri adalah persoalan yang paling stategis bagi kehidupan manusia baik
dalam perspektif individu, masyarakat dan bangsa. Dalam hal ini pendidikan itu
bisa jadi alat untuk melompat dari hal yang biasa menjadi luar
biasa atau tool to change. Bisa jadi pendidikan itu sebagai
salah satu kebutuhan hidup (a necessary of life), salah satu fungsi
sosial (a social function), sebagai bimbingan(direction) dan
sebagai sarana pertumbuhan (as growth), yang mempersiapkan dan
membukakan serta membentuk displin hidup. (Tobroni. 2010:4)
Dalam
kehidupan sosial Pendidikan Islam mengemban misi rahmatan lil
‘alamin yang mana inibertujuan untuk membangun peradaban moral
anak bangsa. Dalam bahasa sederhana misi pendidikan Islam itu merubah moral
(akhlak) peserta didik dari moral yang tidak baik menjadi lebih baik.
Sebagaimana firman Allah: “ Dan tidaklah aku mengutus engkau (Muhammad)
melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam” (Q.S. 21: 107).
Rahmatan
lil ‘alamin merupakan
suatu misi (risalah) kemanusian yang sangat bermanfaat dalam rangka membentuk
sikap mental output yang berperadaban dan menjunjung tinggi
nilai insani. Pendidikan Islam harus menjadi kekuatan yang ampuh dalam
membentuk karakter peserta didik. Ketika kriminal menjadi bagian dari kehidupan
yang sudah tidak bisa dibentuk dengan aneka ragam bentuknya. Problema semacam
ini harus direspon dengan tanggap dengan mencari problem solving yang
tepat. Di sinilah pentingnya pendidikan Islam itu sendiri bagi manusia
Untuk
membentuk pendidikan karakter (moral) itu terlebih dahulu kita paham dulu
tentang konsep dasar Pendidikan Islam (karakter, moral) itu sendiri. Sudah
banyak konsep dasar pendidikan Islam itu sendiri yang dijelaskan dalam al-Quran
maupun al-Hadist sendiri. Tidak hanya itu para pakar pendidikan banyak
terinspirasi dari al-Quran dan al-Hadist untuk merekonstruksi pendidikan secara
komperehensif.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah
penulis;
1. Bagaimana konsep dasar Pendidikan
Islam menurut al-Quran dan al-Hadist?
2. Bagaimana Tinjauan filosofis
Terhadap Pendidikan Islam?
3. Bagaimana tinjauan teologis terhadap
Pendidikan Islam?
C.
Tujuan
1. Dengan penelitian ini mahasiswa atau
khalayak umum dapat memahami konsep dasar Pendidikan Islam itu sendiri.
2. Dengan adanya penelitian ini
mahasiswa ataupun khalayak umum dapat memahami tujuan pendidikan Islam baik
ditinjau dari segi teologis maupun filosofis.
3. Mahasiswa maupun khalayak ramai
diharapkan untuk bisa mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan Islam yang
telah termaktub dalam al-Quran dan al-Hadist.
4. Sesuai dengan tujuan Pendidikan
Islam diharapkan mahasiswa maupun khalayak ramai memiliki pemahaman dan
berpengetahuan lebih mendalam (menjadi pakar)
5. Mahasiswa dapat memaknai nilai-nilai
spiritualitas pendidikan Islam itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendidikan Islam
Pembahasan
konsep dan teori tentang pendidikan Islam sampai kapanpun selalu saja relevan
dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak
terdapat tiga alasan mengapa hal ini terjadi: pertama, pendidikan
melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamis, baik sebagai pendidik,
peserta didik maupun penanggung jawab pendidikan; kedua, perlunya
akan inovasi pendidikan akibat perkembangan sains dan tekhnologi; ketiga, tuntutan
globalisasi yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya bahkan falsafah
suatu bangsa. Ketiga alasan itu harus diikuti oleh tanggung jawab dunia pendidikan
dan kerjasama dengan elemen masyarakat, demi kelangsungan hidup manusia dalam
situasi yang serba dinamis, inovatif dan semakin mengglobal.[1]
Konsep
menurut bahasa adalah ide umum; pengertian, pemikiran; rancangan dan rencana
dasar (A. Partanto dan M. Dahaln.362: 1994). Jadi pengertian konsep itu sendiri
menurut penulis adalah ide umum yang tersusun rapi untuk diterapkan terencana
dalam kehidupan nyata.
Konsep
itu sangat penting dalam pendidikan. Jika pendidikan tanpa konsep maka bisa
ditebak pendidikan itu akan berjalan tidak sesuai harapan. Untuk itu
pendidikan terutama Pendidikan Islam harus mempunyai konsep yang mapan.
Dalam literatur al-Quran dan as-Sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun
terdapat beberapa istilah kunci yang seakar dengannya, yaitu al-rabb,
rabbayani`, nurabbi, yurbi` danrabbani`. Dalam mu’jam bahasa
Arab, kata al-tarbiyah memiliki tiga akar kebahasan, yaitu:
1. Rabba, yarbu`, tarbiyah: yang memiliki makna ‘tambah’ dan
berkembang (nama`).Jadi pendidikan itu (tarbiyah) merupakan
proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada pada diri peserta didik, baik
secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual.
2. Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh (nasya’a)
dan menjadi besar atau dewasa (tara’ra’a). artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan
usaha untuk menumbuhkan dan mendewasakan peserta didik, baik secara fisik,
psikis, sosial maupun spiritual.
3. Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang memiliki memperbaiki (ashlaha), menguasai
urusan, memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan,
memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya,
pendidikan (tarbiyah) merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat,
memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik, agar ia dapat survive lebih
baik dalam kehidupannya. (Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 11) [2]
Jika
kata tarbiyah diambil dari fi’il madhi-nya (rabbayani`) maka
ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan memilihara, membesar dan menjinakkan. Pemahaman ini diambil dari
firman dalam al-Quran Allah swt Surat al-Isra’ ayat 24.
ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u/u #ZÉó|¹ ÇËÍÈ
artinya
dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku pada waktu kecil”.
Ayat ini secara
rinci menjelaskan bahwa dalam pengasuhan anak tidak hanya memperhatikan ataupun
mendidik pada jasmani dan intelektual saja tetapi juga spiritualnya. Artinya
pendidikan itu harus bisa menumbuhkan mental, kognitif serta afektif peserta
didik. Artinya kata tarbiyah mencakup tiga domain pendidikan,
yaitu kognitif (knowladge), afektif (doing) dan Psikomotorik
(life skill) dan dua aspek pendidikan yaitu jasmani dan rohani.[3]
Allah swt memberikan contoh Fir’aun dalam mendidik nabi Musa a.s yang mana dia
hanya mendidik dari aspek jasmani saja tanpa memperhatikan aspek rohani, ini
telah termaktub dalam al-Quran surat Asy-Syu’ara ayat 18
tA$s% óOs9r& y7În/tçR $uZÏù #YÏ9ur |M÷WÎ6s9ur $uZÏù ô`ÏB x8ÌçHéå tûüÏZÅ ÇÊÑÈ
Fir'aun menjawab: "Bukankah Kami telah mengasuhmu
di antara (keluarga) Kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
bersama Kami beberapa tahun dari umurmu
Dua
ayat di atas dapat diambil hikmahnya bahwa dalam mendidik anak itu harus
menumbuhkan mental dan spiritualnya disamping menumbuhkan jasmani peserta
didik. Dengan begitu perkembangan dan pertumbuhan peserta didik menjadi lebih
seimbang.
Dari
pengertian tadi menjelaskan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Islam simpulkan
bahwa pendidikan (tarbiyah) adalah proses menumbuh dan mengembangkan
peserta didik baik dari aspek jasmani maupun rohaninya dengan menggunakan
metode yang telah termaktub dalam al-Quran dan al-Hadist.
Selain
itu, menurut penulis sendiri pendidikan itu juga bisa dikatakan nasehat. Ini
berdasarkan pengertian dari tarbiyah itu sendiri yakni
memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta
didik, agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupann dan
berdasarkan hadist Rasulullah saw yang artinya “agama itu adalah nasehat.
Kamipun bertanya, untuk siapa ya Rasulullah? Beliau menjawab untuk Allah,
kitab-Nya, Rasul-Nya serta untuk para pemimpin kaum muslimin pada umumnya”
(H.R. Muslim).
Menurut
Ibnu Daqiq Al-‘id nasehat itu sendiri adalah segala bentuk kebaikan yang
diberikan demi kebaikan orang yang diberi nasehat. Yang mana pendidikan ini
berpegang pada dua sisi yaitu menjelaskan kebenaran dan mengingkari kebathilan
serta membangkitkan perasaan peserta didik. [4]
Berdasarkan
pengertian yang telah dijabarkan oleh penulis itu sendiri tujuan pendidikan
Islam (tarbiyah) antara lain:
1. Membentuk
pribadi insan kamil, bertakwa dan bermoral peserta didik
2. Membangun
jiwa sosial
3. Menumbuhkan
potensi peserta didik
Selain
tujuan di atas, menurut Ibnu Taimiyah tujuan pendidikan Islam itu tertumpu pada
empat aspek, yaitu: (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari
al-Quran dan al-Hadist; (2) mengetahui ilmu Allah swt, melalui pemahaman
terhadap mahluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui pemahaman
jenis-jenis, kuantitas dan kreativitas mahluk-Nya; dan (4) mengetahui apa yang
diperbuat Allah swt terhadap ciptaan-Nya dan jenis-jenis perilakunya. (Mujib,
Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008: 78).
Dari
semua tujuan yang telah dijelaskan tadi, tujuan pendidikan Islam itu bermuara
pada satu hal yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral
merupakan jiwa pendidikan Islam, sekalipun tanpa mengabaikan pendidikan
jasmani, akal dan ilmu praktis. Ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw,
“aku
diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Malik bin Anas
dan Anas bin Malik).
Akhlak
yang dimaksud di sini adalah akhlak Allah yang maha sempurna, yakni akhlak yang
tertuan dalam asma al-husna-Nya.
B.
Konsep Dasar Pendidikan Islam
Konsep “Pendidikan
Islam” seringkali mengundang keragaman arti. Pendidikan Islam,
seringkali dimaksud sebagai pendidikan dalam arti sempit yaitu proses belajar
mengajar dimana Agama Islam menjadi “core curricullum”. Pendidikan
Islam bisa pula lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kegiatan yang
menjadikan Islam sebagai identitasnya, baik yang semata-mata maupun tersamar.
Perkembangan terakhir memberikan pengertian bahwa Pendidikan Islam diberi arti
lebih subtansial sifatnya, yaitu bukan sebagai proses belajar mengajar maupun
jenis kelembagaan, akan tetapi lebih menekankan pada sebagai suatu iklim
pendidikan (education atmosphere) yaitu suatu suasana
pendidikan yang islami, memberi nafas keislaman pada semua elemen sistem
pendidikan yang ada. [5]
Menurut
Prof. Tobroni, M. Si (2010: 4) pendidikan itu adalah persoalan yang paling
strategis bagi kehidupan manusia baik dalam perspektif individu, masyarakat dan
bangsa. Dengan pendidikan status sosial seseorang akan dipandang dalam
masyrakat. Allah swt mencela hamba-Nya yang tidak mengerti ilmu pengetahuan (knowladge).
Ini sesuai dengan firman Allah swt dalam Al-Quran yang artinya
tA$s% ßyqãZ»t ¼çm¯RÎ) }§øs9 ô`ÏB Î=÷dr& ( ¼çm¯RÎ) î@uHxå çöxî 8xÎ=»|¹ ( xsù Ç`ù=t«ó¡n@ $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íNù=Ïæ ( þÎoTÎ) y7ÝàÏãr& br& tbqä3s? z`ÏB tûüÎ=Îg»yfø9$# ÇÍÏÈ
“Dia
(Allah) berfirman), “wahai Nuh! Sesunggunya dia bukanlah termasuk keluargamu,
karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon
kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui hakikatnya. Aku menasehatimu agar
kamu tidak termasuk orang yang bodoh” (QS. 11: 46).
Dari ayat di atas secara gamblang
menjelaskan bahwa Islam itu anti kebodohan. Karena kebodohan itu merupakan awal
hilangnya peradaban Islam. Dan inti dari pendidikan itu adalah perubahan baik
dalam sikap,ketermilan(skill) maupun dalam pengetahuan. Selain itu, ayat
di atas menjelaskan bahwa bahwa pendidikan itu merupakan usaha dari para
pendidik untuk memberikan bantuan, arahan terhadap peserta didik sehingga mereka
ada perubahan sikap dan wawasan yang lebih bersifat positif bagi dirinya dan
masyarakat secara umum. [6]
Pendidikan memang merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan
yang diselenggarakan, maka akan diikuti dengan semakin baiknya
kualitas masyarakat/ bangsa tersebut. Tidak salah jika Fazlur Rahman
menyatakan “setiap reformasi dan pembaharuan dalam Islam harus dimulai
dengan pendidikan.” Karena itu, para pemerhati dan pengembang
pendidikan Islam tiada henti-hentinya untuk memperbincangkan masalah ini.
(Muhaimin. 2009:73)
Ini sesuai dengan Firman Allah swt dalam Surat Al-Baqarah ayat
159
¨bÎ) tûïÏ%©!$# tbqßJçFõ3t !$tB $uZø9tRr& z`ÏB ÏM»uZÉit7ø9$# 3yçlù;$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB çm»¨Y¨t/ Ĩ$¨Z=Ï9 Îû É=»tGÅ3ø9$# y7Í´¯»s9'ré& ãNåkß]yèù=t ª!$# ãNåkß]yèù=tur cqãZÏ軯=9$# ÇÊÎÒÈ
Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang
telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk,
setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati
Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati,
Ayat ini menjelaskan bahwa peran
pendidik dalam mentransformasikan ilmunya pada peserta didik baik yang bersifat
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Keberadaan peserta didik dalam
pendidikan Islam itu perlu dikembangkan dengan potensi yang mereka miliki
seperti bakat, kecerdasan, karakter dan lain-lain.[7]
Islam
itu merupakan agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, maka tidak heran
jika guru dan peserta didik itu dimuliakan oleh Allah
swt. Ajaran Islam juga melarang umatnya untuk tidak paham
akan ilmu pengetahuan (bodoh). Di sinilah pentingnya belajar sebagaimana
yang telah termaktub dalam al-Quran surah al-‘Alaq ayat 1 “bacalah”. Ini
berarti agama Islam menganjurkan umatnya untuk terus belajar yakni dengan
membaca, entah itu tekstual maupun kontekstual.
Membaca
(iqra) dalam tradisi spiritual Islam adalah kemampuan kemanusian
untuk mampu mengakses pengetahuan bumi dan langit secara bersamaan. Karena itu
kebiasaan membaca yang perlu dilatih adalah membaca dengan kesadaran spiritual
untuk memahami rahasia Allah yang terdapat dalam alam raya dengan berbagai
displin keilmuannya.
C.
Tinjauan Teologis terhadap
Pendidikan Islam
Istilah
teologi itu lahir dalam tradisi Kristen. Secara harfiah berasal dari bahasa
Yunani berarti ilmu ketuhanan. Tapi pengertian ini menurut Steenbrink (1987:
10) dianggap kurang cocok karena teologi memang tidak bermaksud membicarakan
problematika mengenai ketuhanan baik wujud, sifat dan perbuatan-Nya, yang dalam
hazanah Islam disebut Ilmu Kalam. Teologi tidak identik dengan ilmu kalam yang
berusaha mempertahankan keyakinan seputar masalah ketuhanan dari
serangan-serangan pihak luar dengan menggunakan pendekatan filsafat atau dalil-dalil
aqli. (Tobroni. 2008: 6).
Dalam Encyclopedia
of religions, dikatakan bahwa teologi merupakan ilmu yang membicarakan
tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta, namun sering kali diperluas
mencakup seluruh bidang agama.[8]
Berdasar
pengertian tadi, teologi menurut penulis sendiri adalah wacana yang berdasarkan
nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan, yang mana ilmu ini mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama.
Dalam
pendidikan, teologi itu penting karena dengan teologi berarti berusaha
mengkontekskan keprihatinan iman atau panggilan hidup berdasarkan perintah
keagamaan dengan masalah-masalah pendidikan. (Tobroni. 2010: 10)
Terlalu
banyak masalah-masalah kriminal (moral) yang melanda Pendidikan Indonesia
seperti pembunuhan, tawuran, hamil diluar nikah dan lain sebagainya. Semua
masalah-masalah tersebut bermuara pada satu hal yakni
tidak adanya iman atau panggilan hidup untuk memecahkan masalah
tersebut.
Sebagaimana
yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw, bahwa agama itu adalah nasihat. Jadi
di sinilah pentingnya pendidik untuk mengkontekskan keprihatinan iman atau
panggilan hidup untuk mentransferkan nilai-nilai Islam (value of Islam).
Faktor
yang terpenting bagi seorang pendidik adalah kepribadiannya. Karena dengan
kepribadian itu ia akan dihargai dan dihormati dalam masyarakat. Selain itu
pendidik itu menjadi uswahbagi anak
didiknya.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, upaya mewujudkan misi Islam tersebut tentunya ada
pembagian tugas dari masing-masing anggota atau komunitas masyarakat. Misalnya
ada yang menangani bidang pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain sebagainya.
Dengan demikian berteologi di bidang pendidikan berarti mencurahkan segala
perhatian dan kemampuan untuk mengembangkan pendidikan yang berkualitas dalam
rangka terwujudnya kehidupan yang rahmatan lil’alamin. Berteologi
di bidang pendidikan (terutama pendidikan formal) hukumnya fardu
kifayah. (Tobroni. 2008: 11)
Dengan
berteologi dibidang pendidikan maka bisa menjadi petunjuk bagi orang lain untuk
tidak tersesat, sebagaimana yang telah difirman oleh Allah swt, dalam surah
An-Nisa
Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan,
mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul
dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul
dan ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu,
tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).
Yang
perlu digaris bawahi adalah pengikut Syaitan, ini menandakan bahwa orang bodoh
itu mudah dipengaruhi oleh apapun, baik itu orang disekitarnya maupun kejadian
yang menimpanya. Jadi sudah jelas bahwa Allah swt,
menurunkan agama Islam adalah manifestasi sifat rahman dan
rahim-Nya untuk memberikan petunjuk jalan yang lurus (tidak sehat) kepada
manusia yang dikaruniai kehendak bebas.
D.
Tinjauan Filosofis Terhadap Pendidikan Islam
Ilmu
Pendidikan Islam merupakan prinsip, struktur, metodologi dan objek yang
memiliki karakteristik epistemologi ilmu islami. Oleh karena itu, Pendidikan
Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non Islam. Pengembangan
Pendidikan Islam adalah upaya memperjuangkan sebuah sistem pendidikan
alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat
Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan sehari-hari. [9]
Kebutuhan
pokok manusia adalah hidup bahagia, paling tidak ada dua hal yang harus
terpenuhi agar manusia bahagia. Pertama, terpenuhi kebutuhan
pokok berikut sumber-sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup. Kedua, mengetahui
dasar-dasar pengetahuan tentang tata cara hidup perorangan dan masyarakat agar
terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam masyarakat. [10]
Di
sinilah perlunya pemahaman mendalam tentang filsafat Pendidikan Islam.
Diskursus dan pemahaman tentang filsafat Pendidikan Islam sangat penting karena
dengan itu dapat mendorong untuk mengkaji ulang makna dasar dari setiap
kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dasar di
seputar proses belajar mengajar. Tentang pentingnya filsafat pendidikan dalam
aktivitas kependidikan ini, G.R. Knight dalam issues and alternatives
in educational philoshopymengatakan bahwa filsafat pendidikan berguna
sekali untuk pendidik agar: (1) mengenai masalah-masalah dasar pendidikan, (2)
memikirkan evaluasi mengenai usulan-usulan perbaikan terhadap masalah yang
timbul, (3) memperjelaskan pemikiran tentang tujuan hidup dan pendidikan, (4)
memperkembangkan pandangan-pandangan dan program yang konsisten serta berkaitan
dengan konteks secara luas. Filsafat pendidikan memang berusaha mengembangkan
pemikiran yang universal, radikal dan spekulatif sehingga hakikat pendidikan
tercapai. (Tobroni. 2008: 19).
Dalam
mengkaji tentang filsafat pendidikan Islam sangat penting yakni dengan
menerapkan filsafat sebagai content yaitu
ontologi (metafisika), epistemologi (teori pengetahuan) dan aksiologi
(teori nilai, estetika) dalam usaha memahami hakikat dan tujuan pendidikan.
Sebagaimana
yang telah dijelaskan tujuan Pendidikan Islam ialah membentuk karakter peserta
didik yang bertakwa dengan mempengaruhi pemikiran atau pandangan mengenai
komponen-komponen dalam pendidikan (anak didik, pendidik, kurikulum, metodologi
dan evaluasi).
Dengan
begitu filsafat pendidikan Islam itu sangat penting dalam pendidikan. Karena
dengan filsafat bisa mengajarkan peserta didik untuk berfikir kritis dan
terstruktur. Dengan filsafat pendidikan Islam pengembangan dan peningkatan
kemampuan (skill) peserta didik dalam berfikir lebih mapan.
Pengembangan
dan peningkatan kemampuan (skill) Sumber Daya Manusia) seutuhnya, merupakan
faktor pokok sekaligus penentu kelangsungan kehidupan pembangunan suatu bangsa.
[11]
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dari
pemaparan yang telah diungkapkan oleh penulis ada bebarapa kesimpulan yang
dapat diambi, antara lain:
1.
Konsep pendidikan dalam Al-Quran dan al-Hadist selalu
relevan dengan zaman
2.
Tujuan pendidikan Islam itu bermuara pada satu hal yakni
pembentukan karakter peserta didik yang berakhlak muliah
3.
Teologi dalam pendidikan itu sangat penting karena dengan
berteologi berarti mencurahkan segala perhatian dan kemampuan untuk
mengembangkan pendidikan yang berkualitas dalam rangka terwujudnya kehidupan
yang rahmatan lil’alamin.
4.
Berteologi di bidang pendidikan (terutama pendidikan formal)
hukumnya fardu kifayah.
5.
pemahaman tentang filsafat Pendidikan Islam sangat penting
karena dengan itu dapat mendorong untuk mengkaji ulang makna dasar dari setiap
kegiatan pendidikan, termasuk di dalamnya pertanyaan-pertanyaan dasar di
seputar proses belajar mengajar.
B.
Kritik dan saran
Demikianlah,
makalah yang disajikan oleh penulis. Banyak kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki oleh buku ini. Untuk itu, demi kesempurnaan makalah ini diperlukan
kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Mujib,
Abdul dan Jusuf Mudzakkir. 2008. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Romlah.
2010. Psikologi Pendidik. Malang: UMM
Press
Muhaimin.
2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; dari
Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Zainuddin.
1990. Seluk-Beluk Pendidikan Al-Ghazali.
Jakarta: Bumi Aksara
Sirozi,
M dkk. 2008. Arah Baru Studi Islam di
Indonesia; teori dan metodologi. Yoyakarta: Ar-Ruzz Media
Arief,
Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
Razak,
Yusron dkk. 2011. Pendidikan Agama untuk
Perguruan Tinggi dan Umum. Jakarta: Uhamka Press
Nizar,
Samsul. 2005. Sejarah dan Pergolakan
Pemikiran Pendidikan Islam; Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia.
Ciputat: Ciputat Press Group
MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Konsep Dasar Pendidikan Islam
[5] Muhaimin.
2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; dari
Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers hal 33
[6] Muhaimin.
2009. Rekonstruksi Pendidikan Islam; dari
Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum hingga Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers hal 33
[8] Sirozi,
M dkk. 2008. Arah Baru Studi Islam di
Indonesia; teori dan metodologi. Yoyakarta: Ar-Ruzz Media, hal 101
[9] Arief,
Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, hal 33
[10] Arief,
Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, hal 33
[11] Nizar,
Samsul. 2005. Sejarah dan Pergolakan
Pemikiran Pendidikan Islam; Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia.
Ciputat: Ciputat Press Group, hal 14
No comments:
Post a Comment