BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
bagi sebagian orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang
dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget ( 1896 ) pendidikan berarti menghasilkan,
mencipta, sekalipun tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh
pembandingan dengan penciptaan yang lain. Pandangan tersebut memberi makna
bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Dalam arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang
diselenggarakan umunya di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Ilmu
disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu ”
Pedagogics ”. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu ” pais
” yang artinya anak, dan ” again ” yang artinya
membimbing. Poerbakwatja dan Harahap ( 1982 : 254 ) mengemukakan pedagogik
mempunyai dua arti yaitu : (1) peraktek, cara sesorang mengajar; dan (2) ilmu
pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing, dan
mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
B. Rumusan masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.
1.
Apa yang dimaksud prinsip
relevansi?
2.
Apa yang dimaksud prinsip
efektivitas?
3.
Apa yang dimaksud prinsip
efisiensi?
4.
Apa yang dimaksud prinsip
komtinyuitas?
5.
Apa yang dimaksud prinsip
fleksibelitas?
C. Tujuan
Pembahasan dalam makalah
ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang:
1.
Untuk mengetahui dan memahami
prinsip relevansi
2.
Untuk mengetahui dan
memahami prinsip efektivitas
3.
Untuk mengetahui dan
memahami prinsip efisiensi
4.
Untuk mengetahui dan
memahami prinsip komtinyuitas
5.
Untuk mengetahui dan
memahami prinsip fleksibelitas
6.
Untuk memenuhi tugas
dasar-dasar pendidikan yang diasuh Oleh Bapak Kemas Ma’ud Ali
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pendidikan
1.
Pengertian
Definisi Umum
Pendidikan
dapat diartikan sebagai Suatu metode untuk mengembangkan keterampilan,
kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih
baik. [1]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara dan pembuatan mendidik
Menurut Undang-Undang
a)
UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 :
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan dating
b)
UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat.
2.
Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah perubahan
yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik
pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat
dan alam sekitarnya dimana individu itu hidup(Sudiyono. 2009 : 31)
Tujuan
pendidikan mempunyai kedudukan yang amat penting. Dalam konteks tujuan
pendidikan islam harus mampu mengakumodasikan tiga fungsi utama dari agama.
Pertama fungsi spiritual yaitu berkaitan dengan aqidah dan iman. Kedua fungsi
psikologis yaitu berkaitan dengan tingkah laku individual termasuk nilai-nilai
akhlak yang mengangkat derajat manusia. Ketiga Fungsi sosial.
a)
Konsep tujuan pendidikan islam
Tujuan pendidikan merupakan masalah
inti dalam pendidikan untuk memenuhi
tujuan pendidikan tersebut harus dirumuskan atas dasar nilai-nilai ideal yang
diyakini dapat mengangkat harkat martabat manusia. Nilai-nilai ideal yang
menjadi kerangka pikir manusia adalah nilai-nilai illahiyah yang bersifat
transenden, universal dan eternal. Konsepsi tujuan pendidikan yang berdasarkan
nilai-nilai tersebut oleh Abdurahman An- nahlawi disebut Alhafur rabbani
(sudiyono 2009 : 32)
b)
Pentahapan Tujuan Pendidikan
Berdasarkan tujuan pendidikan maka dapat
dikemukakan penyahapan pendidikan yaitu :
1)
Tujuan tertinggi
Tujuan ini bersifat mutlak. Tidak
mengalami perubahan karena sesuai dengan konsep ilahi yang mengandung kebenaran
mutlak dan universal
2)
Tujuan umum pendidikan islam
Tujuan umum lebih bersifat empirik
dan realistik. Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang tarap pencapaianya dapat
diukur karena menyangkut perubahan sikap, prilaku dan kepribadian subjek
sehingga mampu menghadirkan dirinya sebagai sebuah pribadi yang utuh (Acmadi
2008 : 98)
3)
Tujuan khusus pendidikan islam
Tujuan khusus yaitu pengkhususan atau
operasionalisasi tujuan tertinggi dan terakhir dan tujuan umum pendidikan
islam.
3.
Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan merupakan
serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus dilakukan oleh pendidik. Tugas
atau misi pendidik itu dapat tertuju pada diri manusia yang dididik mauapun
kepada masyarakat bangsa ditempat ia hidup. Adapun beberapa fungsi pendidikan
1.
Bagi dirinya sendiri,
pendidikan berfungsi menyiapkan dirinya agar menjadi manusia secara utuh, sehingga
ia dapat menunaikan tugas hidupnya secara baik dan dapat hidup wajar sebagai
manusia.
2.
Bagi masyarakat, pendidikan berfungis untuk
melestarikan tata social dan tata nilai yang ada dalam masyarakat
(preserveratif) dan sebagai agen pembaharuan social (direktif) sehingga dapat
mengantisipasi masa depan.
3.
Menyiapakan tenaga kerja
4.
Menyiapkan manusia sebagai
warga Negara yang baik.
5.
Menyiapkan manusia sebagai
manusia.[2]
B. Prinsip –Prinsip dasar
Pendidikan
1.
Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya
pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang
ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap
maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab
itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut dengan prinsip relevansi.
Prinsip relevansi adalah prinsip kesesuaian. Ada dua macam relevansi, yaitu :[3]
a)
Relevansi internal
Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum harus
memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan
yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki
siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk melihat
ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu
kurikulum.
b)
Relevansi eksternal
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara
tujuan, isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Ada tiga macam
relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:
a. Relevan
dengan lingkungan hidup peserta didik (relevansi sosiologis). Bisa diartikan bahwa proses pengembangan dan
penetapan isi kurikulum hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar
siswa. Contohnya untuk siswa yang ada di perkotaan perlu diperkenalkan
kehidupan di lingkungan kota,
seperti keramaian dan rambu-rambu lalu lintas; tata cara dan pelayanan jasa
bank, kantor pos, dan lain sebagainya. Demikian juga untuk sekolah yang berada
di daerah pantai, perlu diperkenalkan bagaimana kehidupan di pantai, seperti
mengenai tambak, kehidupan nelayan, koperasi, pembibitan udang, dan lain
sebagainya.
b. Relevan
dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun
dengan yang akan datang. Bisa diartikan bahwa relevansi
harus sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi
epistomologis). Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi
yang sedang berkembang. Selain itu juga apa yang diajarkan kepada siswa harus
bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang akan datang. Misalkan untuk
kehidupan yang akan datang, penggunaan komputer dan Internet akan menjadi salah
satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana cara memanfaatkan komputer dan
bagaimana cara mendapatkan informasi dari Internet sudah harus diperkenalkan
kepada siswa. Demikian juga dengan kemampuan berbahasa. Pada masa yang akan
datang ketika pasar bebas seperti persetujuan APEC mulai berlaku, maka
masyarakat akan dihadapkan kepada persaingan merebut pasar kerja dengan
orang-orang asing. Oleh karenanya keterampilan berbahasa asing sudah harus
mulai dipupuk sejak sekarang.
c.
Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan dan
tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis)
Artinya bahwa apa yang diajarkan di
sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah kejuruan contohnya,
kalau dahulu di Sekolah Kejuruan Ekonomi dilatih bagaimana agar siswa mampu
menggunakan mesin tik sebagai alat untuk keperluan surat-menyurat, maka
sekarang mesin tik sudah tidak banyak digunakan, akan tetapi yang lebih banyak
digunakan komputer. Dengan demikian, keterampilan mengoperasikan komputer harus
diajarkan.
Untuk memenuhi prinsip relevansi ini,
maka dalam proses pengembangannya sebelum ditentukan apa yang menjadi isi dan
model kurikulum yang bagaimana yang akan digunakan, perlu dilakukan studi
pendahuluan dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan seperti melakukan
survei kebutuhan dan tuntutan masyarakat; atau melakukan studi tentang
jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap lembaga atau instansi.
2.
Prinsip Fleksibilitas
Prinsip
fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur dan tidak kaku, terutama
dalam hal pelaksanaannya, dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar apa
yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam
pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi
dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar
bekang peserta didik.
Apa
yang diharapkan dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi
kenyataan yang ada. Bisa saja ketidaksesuaian itu ditunjukkan oleh kemampuan
guru yang kurang, latar belakang atau kemampuan dasar siswa yang rendah, atau
mungkin sarana dan prasarana yang ada di sekolah tidak memadai. Kurikulum harus
bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai
dengan kondisi yang ada. Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit
diterapkan.[4]
Prinsip fleksibilitas memiliki dua
sisi:
1. Fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum
harus memberikan ruang gerak bagi guru untuk mengembangkan program pengajarannya
sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum
harus menyediakan berbagai kemungkinan program pilihan sesuai dengan bakat dan
minat siswa.
3.
Prinsip Kontinuitas
Prinsip
kontinuitas yaitu adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal,
maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas,
antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
Prinsip
ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program
pendidikan. Dalam penyusunan materi pelajaran perlu dijaga agar apa yang
diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih
tinggi telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada
jenjang sebelumnya.
Prinsip
ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulanganpengulangan materi pelajaran yang memungkinkan program pengajaran
tidak efektif dan efisien, akan tetapi juga untuk keberhasilan siswa dalam
menguasai materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu.
Untuk
menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja sama antara
pengembang kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para pengembang
pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, dan bahkan
dengan para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.
4.
Prinsip Efektifitas
Prinsip
efektivitasmerujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi pada
tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum bias dikatakan sebagai instrument
untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, jenis dan karakteristik tujuan apa yang
ingin dicapai harus jelas. Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada pemilihan dan
penentuan isi, metode dan system evaluasi serta model kurikulum apa yang akan
digunakan juga akan mempermudah dan mengarahkan dalam implementasi kue\rikulu
itu sendiri. Prinsip efektifitas mengusahakan agar kegiatan pengembangan
kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu
kurikulum dapat dilaksanakan dan dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum.
Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
Terdapat dua sisi efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum.
Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan program sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Sebagai contoh, apabila guru menetapkan dalam satu caturwulan atau satu semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif.
Efektivitas
kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu. Sebagai contoh apabila
ditetapkan dalam satu caturwulan siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan
pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat
dikatakan bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif.
5.
Prinsip Efesiensi
Prinsip
efisiensi yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai.
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
Kurikulum
dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya
yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Betapa pun bagus dan idealnya suatu kurikulum, manakala menuntut peralatan,
sarana dan prasarana yang sangat khusus serta mahal pula harganya, maka
kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk dilaksanakan. Kurikulum harus
dirancang untuk dapat digunakan dalam segala keterbatasan..
Terkait
dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
2. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
3. Tanggap
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4. Relevan
dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha
dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan
keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
5. Menyeluruh
dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar
sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7. Seimbang
antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
- Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
- Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
- Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai.
- Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan
makalah ini dimasa yang akan datang.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat yang diberikan
Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah membantu penulis dalam membuat makalah ini dan teman-teman yang
telah memberi motivasi dan dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini
dimasa yang akan datang.
Bengkulu, Mey
2014
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFATR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Definisi Pendidikan ............................................................................ 2
B.
Prinsip-Prinsip Dasar
Pendidikan......................................................... 4
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan........................................................................................... 13
- Kritik dan Saran .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iii
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Siswa, Majelisluhur Persatuan Taman.
1977. Karya Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Majelisluhur Persatuan Taman Siswa
Abrasyi, A, 1974. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet.II.
Jakarta : Bulan Bintang.
Abdulhak, I, 2001. Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan
Konvergensi Dalam Peningkatan Kualitas dan Efektivitas Pembelajaran. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap. Bandung: Depdiknas UPI.
Abdulkadir, E. Kastomo,
1994. Inabah. Tasikmalaya : Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya.
|
Dasar
Dasar Pendidikan
PRINSIP
PRINSIP DASAR PENDIDIKAN
[1] Abrasyi, A, 1974. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Matematika . Cet.II. Jakarta : Bulan
Bintang. Hal 87
[2] Siswa, Majelisluhur Persatuan Taman.
1977. Karya Ki Hajar Dewantara. Yogyakarta: Majelisluhur Persatuan
Taman Siswa hal 89
[3] Abrasyi, A, 1974. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Matematika . Cet.II. Jakarta : Bulan
Bintang. Hal 87
[4] Abrasyi, A, 1974. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Matematika . Cet.II. Jakarta : Bulan
Bintang. Hal 87
[5] Abdulhak, I, 2001. Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi Dalam Peningkatan
Kualitas dan Efektivitas Pembelajaran. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Tetap. Bandung: Depdiknas UPI. Hal 21
No comments:
Post a Comment