BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha sadar yang
sistematis-sistemik selalu bertolak darisejumlah landasan serta pengindahan
sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat
bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan
mendorong pendidikan untuk mnjemput masa depan.
Makalah ini akan memusatkan paparan dalam
berbagai landasan dan asas pendidikan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan
penerapannya. Landasan-landasan pendidikan tersebut adalah filosofis, kultural, psikologis, serta ilmiah dan teknologi.
Sedangkan asas yang dikalia adalah asas Tut
Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, kemandirian dalam belajar.
Ketika kita
dihadapkan pada suatu tata kelola pendidikan, maka di titik itu pulalah kita
akan sering bersinggungan dengan apa yang disebut asas-asas – dalam hal ini
asas-asas pendidikan. Hal ini karena asas-asas pendidikan telah disepakati
sebagai ‘suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada
tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Tirtarahardja, 1994).
Sistem pendidikan Indonesia
mengenal adanya tiga asas-asas pendidikan. Asas yang pertama adalah asas Tut
Wuri Handayani (berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti ‘Jika di belakang
mengawasi dengan awas’). Asas pendidikan yang kedua adalah asas ‘Belajar
Sepanjang Hayat;’ sedang asas yang terakhir adalah asas ‘Kemandirian dalam
Belajar.’
B. Rumusan Masalah
A. Bagaiamana Asas-Asas Pokok
Pendidikan?
B. Bagaimana Penerapan
Asas-asas Pendidikan?
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Asas-Asas Pokok Pendidikan
2. Untuk mengetahui Penerapan Asas-asas
Pendidikan
‘
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asas-Asas Pendidikan
1. Asas Kemandirian dalam Belajar
Keberadaan
Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan apa yang menjadi agenda
besar dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan para peserta didik
kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari istilah “berjalan sendiri”
tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas Kemandirian dalam Belajar
bermakna “menghindari campur tangan guru namun (guru juga harus) selalu siap
untuk ulur tangan apabila diperlukan”[1]
Kurikulum
KTSP tentunya sangat membantu dalam agenda mewujudkan Asas Kemandirian dalam
Belajar. Prof.
Dr. Umar Tirtarahardja (1994) lebih lanjut mengemukakan bahwa dalam Asas
Kemandirian dalam Belajar, guru tidak hanya sebagai pemberi dorongan, namun
juga fasilitator, penyampai informasi, dan organisator (Tirtarahardja, 1994:
123). Oleh karena itu, wujud manifestasi Asas Kemandirian dalam Belajar bukan
hanya dalam berbentuk kurikulum KTSP, namun juga dalam bentuk ko-kurikuler dan
ekstra kurikuler – sedang dalam lingkup perguruan tinggi terwujud dalam
kegiatan tatap muka dan kegiatan terstruktur dan mandiri.
Dalam
bukunya “Contextual Teaching and Learning” Elanie B. Johnson (2009) berpendapat
bahwa dalam Pembelajaran Mandiri, seorang guru yang berfaham “Pembalajaran dan
Pengajaran Kontekstual” dituntut untuk mampu menjadi mentor dan guru ‘privat’
(Johnson, 2009: 177). Sebagai mentor, guru yang hendak mewujudkan kemandirian
peserta didik diharapkan mampu memberikan pengalaman yang membantu kepada siswa
mandiri untuk menemukan cara menghubungkan sekolah dengan pengalaman dan
pengetahuan mereka sebelumnya. Sebagai seorang guru ‘privat,’ seorang guru
biasanya akan memantau siswa dalam belajar dan sesekali menyela proses belajar
mereka untuk membenarkan, menuntun, dan member instruksi mendalam [2]
Lebih
lanjut Johnson mengungkapkan bahwa kelak jika proses belajar mandiri berjalan
dengan baik, maka para peserta didik akan mampu membuat pilihan-pilihan positif
tentang bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan dalam
kehidupan sehari-hari (Johnson, 2009: 179). Dengan kata lain, proses belajar
mandiri atau Asas Kemandirian dalam Belajar akan mampu menggiring manusia untuk
tetap “Belajar sepanjang Hayatnya.”
2. Asas Tut Wuri Handayani
Pertama
kali dicetuskan oleh tokoh sentral pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantoro,
pada medio 1922, semboyan Tut Wuri Handayani merupakan satu dari tujuh asas
Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional Taman Siswa,
semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama yang berbunyi,
“Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan mengingat
tertibnya persatuan dalam peri kehidupan.” [3].
Dari
kutipan tersebut kiranya dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tujuan dari
pembelajaran ala Taman Siswa – dan pendidikan di Indonesia pada umumnya –
adalah menciptakan “kehidupan yang tertib dan damai (Tata dan Tenteram, Orde on
Vrede)” (Tirharahardja, 1994: 119). Dalam perkembangan selanjutnya, Perguruan
Taman Siswa menggunakan asas tersebut untuk melegitimasi tekad mereka untuk
mengubah sistem pendidikan model lama – yang cenderung bersifat paksaan,
perintah, dan hukuman – dengan “Sistem Among” khas ala Perguruan Taman Siswa.
Sistem
Among berkeyakinan bahwa guru adalah “pamong.” Sesuai dengan semboyan Tut Wuri
Handayani di atas, maka pamong atau guru di sini lebih cenderung menjadi
navigator peserta didik yang “diberi kesempatan untuk berjalan sendiri, dan
tidak terus menerus dicampuri, diperintah atau dipaksa” [4]
Jika
menilik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, seperti apa yang tercantum dalam
Undang-undang Nomer 23 Tahun 2003, maka konsep Tut Wuri Handayani
termanifestasi ke dalam sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Peran guru dalam sistem KTSP lebih cenderung sebagai pemberi dorongan karena
adanya pergeseran paradigma pengajaran dan pembelajaran, dari “teacher
oriented” kepada “student oriented.”
Dalam
KTSP, guru bukan lagi sekedar “penceramah” melainkan pemberi dorongan,
pengawas, dan pengarah kinerja para peserta didik. Dengan sistem kurikulum yang
terbaru ini, para pendidik (guru) diharapkan mampu melejitkan semangat atau
motivasi peserta didiknya. Hal ini lantaran proses pengajaran dan pembelajaran
hanya akan berjalan lancar, efektif dan efisien manakala ada semangat yang kuat
dari para peserta didik untuk mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Maka
bukan tidak mungkin, jika KTSP juga merupakan wujud manifestasi dari asas
pendidikan Indonesia “Kemandirian dalam Belajar.”
3.
Asas Belajar sepanjang
Hayat
Mungkin inilah agenda besar
pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia yang belajar sepanjang hayat.
Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan dengan sangat baik
oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan PBB yang
terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Belajar sepanjang hayat merupakan
pendidikan yang harus (1) meliputi seluruh hidup setiap individu, (2) mengarah
kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara
sistematis, (3) tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap
indiviu, dan (5) mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang
mungkin terjadi [5]
Jika
diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan yang
sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan
“Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di
Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak
telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Selain KTSP – yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal,
maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan
non-formal, seperti program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang
telah berusia lanjut, dan juga program pendidikan informal, seperti hubungan
sosial dalam masyarakat dan keluarga tentunya.
B. Landasan Pendidikan.
1.
Landasan Filosofis.
Landasan Filosofis merupakan landasan
yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah
masalah-masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu
diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan
filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,
falsafah). Kata filsafat (philosophy)
bersumber dari bahasaYunani, phileinberarti
mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif,
atau bijaksana. Filsafat menelaah
sesuatu secara radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi-kosnsepsi
mengenai kehidupan dan dunia.
2.
Landasan
Sosiologi
Manusia selalu hidup berkrlompok,
sesuatu yang juga terdapat pada makhluk hidup lainnya, yakni hewan. Meskipun
demikian, pengelompokan manusia jauh lebih rumit dari pengelompokan hewan.
Kehidupan manusia dipelajari oleh
filsafat, yang berusaha membedakan manusia sebagai individu dan manusia
sebagai anggota masyarakat. Pandangan aliran-aliran filsafat tentang realitas
sosial itu berbeda-beda, sehingga ditemukan bermacam-macam aliran filsafat
sosial.
Sosiologi lahir dalam abad ke-19 di
Eropa, karena pergeseran pandangan tentang masyarakat, sebagai ilmu empiris
yang memperoleh pijakan yang kukuh. Nama sosiologi untuk pertama kali digunakan
August Comte (1798-1857) pada tahun 1839, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
positif yang mempelajari masyarakat. Sosiologi mempelajari berbagai tindakan
sosial yang menjelma dalam realitas sosial. Karena banyaknya realitas sosial
maka lahirlah berbagai cabang sosiologi seperti sosiologi kebudayaan, sosiologi
ekonomi, sosiologi agama, sosiologi pengetahuan, sosiologi pendidikan, dan
lain-lain.
3.
Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbale balik, sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan
jalan mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan
pendidikan, baik secara informal maupan formal
1.
Pengertian tentang Landasan Kultural
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia
beserta hasil budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, dan
dalam belajar arti luas dapat berwujud:
a.
Ideal seperti
ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
b.
Kegiatan yang
berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
c.
Fisik yakni
benda hasil karya manusia
2.
Kebudayaan Nasional sebagai Landasan Sisitem Pendidikan Nasional
Seperti yang di
kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
indonesia, dimana kehidupan masyarakat indonesia yang majemuk dan
akan kaya kebudayaannya dan keberadaan semua itu semakin kukuh.
Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang
dalam latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan semakin kukuhnya
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal
Ika.
4.
Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek
kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis merupakan salah satu landasan
yang penting dalam bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari
pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang
proses perkembangan dan proses belajar
1.
Pengertian Landasan Psiklogis
Pemahaman
peserta didik utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor
keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang
kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi.
Seperti
di kemukakakn teori A.maslow kategori kebutuhan menjadi enam kategori meliputi:
a.
Kebutuhan
fisiologis: kebutuhan mempertahankan hidup (makan, tidur, istrahat dan sebagainya)
b.
Kebutuhan
rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan bebasdari ketakutan
c.
Kebutuhan
akan cinta dan pengakuan:kebutuhan rasa kasih sayang dalam kelompok
d.
Kebutuhan akan alkuturasi
diri:kebutuhan akan potensi potensi yang di miliki
e.
Kebutuhan
untuk mengetahui dan di pahami:kebutuhan akan berkaitan dengan penguasaan iptek
2.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis
Perkembangan manusia berlangsung
sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian, sebagai
perubahan maju (progresif) ataupun kadang-kadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan
manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan kepribadian,
utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri. Meskipun
terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan beberapa prinsip umum
kepribadian. Disebutsebagai prinsip
prinsip umum karena:
a.
Prinsip
tersebut yang
dikemukakan dengan variasi tertentu dalam berbagai teori kepribadian.
b.
Prinsip itu
akan tampak bervariasi pada kepribadian manusia tertentu
(sebab: kepribadian itu unik)
c.
Terdapat dua hal kepribadian
yang penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian,yakni:
d.
Terintegrasinya
seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir secara sistematik.
e.
Terjadi
tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.
5.
Landasan Ilmiah dan
Teknologis
Seperti yang kita ketahui, iptek
menjadi bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan sangat
berperan penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
a.
Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Terdapat beberapa istilah yang perlu dikaji agar jelas makna dan
kedudukan masing-masing yakni pengetahuan, ilmu pengetahuan, teknologi.
Pengetahuan (knowledge) adalah
segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara pengindraan terhadap fakta,
penalaran (rasio), intuisi, dan wahyu.
b.
Perkembangan Iptek sebagai Landasan Ilmiah
Iptek
merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Bukti historis
menunjukkan bahwa usaha mula bidang keilmuan yang tercatat adalah oleh bangsa
Mesir purba, dimana banjir tahunan sungai Nil menyebabkan berkembangnya system
almanac, geometri dan kegiatan survey.[6]
6.
Landasan Historis
Landasan historis pendidikan Nasional
Indonesia tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa
Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah
serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam
perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa
yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul
dalam pandangan hidup serta filsafat hidup bangsa. Pada akhirnya
bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas,
sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Para pendiri negara kita
merumuskan negara kita dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang
meliputi 5 prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.
7.
Landasan Ekonomi
Pada zaman pasca modern atau
globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan
kesejahteraan materi dibanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat
perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan
spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah.
Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu
ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana
yang mungkin bias digali adalah sebagai berikut :
1.
Dari pemerintah dalam bentuk
proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya
ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2.
Dari kerjasama dengan instansi
lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bias dalam
bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan
bersama.
3.
Membentuk pajak pendidikan,
dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan
sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan
pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja
yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.[7]
8.
Landasan Hukum
Landasan
hukum pendidikan adalah peraturan yang dijadikan tolak ukur dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan. Tetapi, tidak semua kegiatan pendidikan dilandasi oleh
aturan-aturan ini, seperti cara mengajar dan membuat persiapan mengajar,
sebagian besar dikembangkan sendiri oleh pendidik.
1. Menurut Undang-Undang Dasar 1945
Pasal-pasal
yang berhubungan dengan pendidikan dalam Undang Undang Dasar 1945 hanya2 pasal,
yaitu pasal 31 dan 32. Pasal 31 mengatur tentang pendidikan
kewajiban pemerintah membiayai wajib belajar 9 tahun di SD dan SMP, anggaran pendidikan
minimal 20% dari APBN dan APBD, dan sistem pendidikan nasional. Sedangkan pasal
32 mengatur tentang kebudayaan.
2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang undang ini selain memuat
pembaharuan visi dan misi pendidikan nasional, juga terdiri dari 77 Pasal yang
mengatur tentang ketentuan umum(istilah-istilah terkait dalam dunia
pendidikan), dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, prinsip
penyelenggaraan pendidikan, hak dan kewajiban warga negara, orang tua dan
masyarakat, peserta didik, jalur jenjang dan jenis pendidikan, bahasa
pengantar, estándar nasional pendidikan, kurikulum, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pendanaan pendidikan,
pengelolaan pendidikan, peran serta masyarakat dalam pendidikan, evaluasi
akreditasi dan sertifikasi, pendirian satuan pendidikan, penyelenggaraan
pendidikan oleh lembaga negara lain, pengawasan, ketentuan pidana, ketentuan
peralihan dan ketentuan penutup.
3.Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang
undang ini memuat 84 Pasal yang mengatur tentang ketentuan umum(istilah-istilah
dalam undang-undang ini), kedudukan fungsi dan tujuan , prinsip
profesionalitas, seluruh peraturan tentang guru dan dosen dari kualifikasi
akademik, hak dan kewajiban sampai organisasi profesi dan kode etik, sangsi
bagi guru dan dosen yang tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya,
ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka penulis dapat
menarik kesimpulan bahwa : Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa
telah mempengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
mengingat kebutuhan akan pendidikan semakin meningkat dan komplek.
Asas pendidikan merupakan sesuatu
kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan
maupun pelaksanaan pendidikan. Khusu s di Indonesia, terdapat beberapa asas
pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu.
Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
Sesuai dengan uraian di atas, maka
secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah mengupayakan usaha-usaha
untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan
sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.
B.
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis
sadar masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan, baik
dalam materinya, bahasa yang tidak baku maupun penyampaian isi makalah. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan dan menghargai kritik dan saran dari
pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Elanie B. PH. D.,
(2009): Contextual Teaching and Learning; Mizan Media Utama, Bandung.
Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo. (2005): Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyanti. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Anggota IKAPI. 2009. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Bandung:
Fokusmedia
Fokusmedia
Eriyatno. 1999. “Ilmu Sistem : Meningkatkan Mutu dan
Efektivitas Manajemen." Jilid Satu. IPB Press, Bogor.
Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras
iii
|
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penyusun Panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya Penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Asas-Asas Pendidikan Di Indonesia”
Salawat beserta salam penyusun sampaikan kepada Reformator
dunia yaitu Baginda Rasulullah SAW yang telah menghijrahkan umatnya minal kufri
ilal iman, kecintaannya kepada umat melebihi cintanya pada dirinya sendiri..
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penyusun mengakui masih
banyak terdapat kejanggalan- kejanggalan dan kekurangan dalam makalah ini. Hal
ini disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penyusun miliki,
oleh karena itu, kritik dan saran yang konsruktif sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penyusun juga berharap makalah ini mudah-mudahan berguna dan
bermamfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alami
Bengkulu, April 2016
i
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan...................................................................................................... 2
C. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asas-Asas Poko Pendidikan.................................................................... 3
B. Landasan Pendidikan............................................................................. 6
BAB III PENUTUP
- Kesimpulan.................................................................................................... 13
- Kritik dan Saran ............................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. iii
ii
|
MAKALAH
DASAR DASAR
PENDIDIKAN
Landasan dan Asas Asas Pendidikan
[1] Tirtarahardja,
Umar dan S.L. La Sulo. (2005): Pengantar
Pendidikan. Rineka Cipta, Jakarta. Hal 159
[3] Johnson, Elanie B. PH. D., (2009): Contextual
Teaching and Learning; Mizan Media Utama, Bandung. hal 58
[4] Johnson, Elanie B. PH. D., (2009): Contextual
Teaching and Learning; Mizan Media Utama, Bandung. hal 58
[6] Eriyatno. 1999. “Ilmu Sistem :
Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen." Jilid Satu. IPB Press,
Bogor. Hal 36
No comments:
Post a Comment