BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusiayang mendukung
kemajuan bangsa dan negara. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menjelaskan: Pendidikan
Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini memberi makna bahwa pelaksanaan
pendidikan nasional memiliki tujuan yang komplek, disamping bertaqwa kepada
tuhannya, pendidikan juga diharapkan mampu membentuk peserta didik menjadi
sosok yang cakap terhadap ilmunya dan mandiri, demokratis dan bertanggung
jawab.
Gaya belajar merupakan suatu
kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian mengatur serta mengolah
informasi. gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi,
melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi
sekunsial, analitik, global atau otak kiri otak kanan, aspek lain adalah ketika
merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang
akan dibahas dalam makalah ini yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang
mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan
kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar masih tetap
menjadi indikator untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar.
Dengan
tujuan pendidikan diatas maka didalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana
peran seorang guru dalam meningkatkan belajar siswa dengan mengetahui dan
memahami bentuk-bentuk gaya belajar siswa, sehingga tujuan pendidikan tersebut
akan tercapai.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana
Bentuk Gaya Belajar Siswa?
2. Mengapa Guru Harus Memahami Gaya
Belajar Siswa?
3. Mengapa
Kehadiran Guru Masih Dibutuhkan Sedangkan Tekhnologi Sudah Canggih?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk gaya belajar siswa
2. Untuk mengetahui alasan guru harus memahami gaya belajar siswa
3. Untuk mengetahui alasan kehadiran guru masih dibutuhkan sedangkan teknologi
sudah canggih
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gaya
Belajar Siswa
1.
Pengertian Gaya
Belajar
Pengertian Gaya Belajar menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
a. Menurut rumusan Gathrie and Brow: “learning is always a case of improving
same perfornce or gaining same new ability or understanding”.
b. Ernest R. Hilgard, merinci rumusan belajar sebagai berikut: “learning is
the process by which an activity originates or is changes through training
procedures wheter in the laboratory or in the natural environment distinguished
from changes by faktors not attributabel to training”.
c. Sementara itu P. De Cecco William crow ford dalam bukunya The Psychology of
Learning and Instruction mendefinisikan belajar adalah Learning is a relatively
permanent change in a behavioral tendentcy and is the result of reinforced
praktice, Artinya “Belajar adalah perubahan yang relatif tetap dalam
suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek penguatan”.
d. Ws. Wingkel mendefinisikan belajar adalah “Suatu aktivitas mental/psikis,
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap
perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.
e. Sementara menurut Nasution yang dinamakan gaya belajar
adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan
soal.
f. Sedangkan menurut Adi W. Gunawan Pengertian gaya belajar
adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan
berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Berdasarkan rumusan
tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa belajar adalah sesuatu yang
dapat meningkatkan perbuatan, kemampuan, atau pengertian baru.
Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia gaya adalah tingkah laku, gerak-gerik dan sikap. Sedangkan
belajar adalah menuntut ilmu.
Belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses aktif untuk menuju satu arah tertentu yang dapat
meningkatkan perbuatan, kemampuan atau pengertian baru.
Belajar juga dapat
diartikan suatu proses yang dapat menghasilkan suatu aktivitas baru melalui
pelatihan di laboratorium maupun di lingkungan alam, yang hasil tersebut
berbeda dengan hasil yang diperoleh tanpa adanya proses latihan. Tokoh-tokoh
pendidikan lain yang memaknai belajar sebagai proses perubahan perilaku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah suatu proses
latihan menuju perubahan yang akan menghasilkan sesuatu yang dapat diukur dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, karena proses latihan tersebut
telah melalui tahapan-tahapan sistematis yang telah dipersiapkan sebelumnya
melalui uji coba secara ilmiah. Perubahan dalam rumusan pengertian belajar
tersebut dapat menyangkut semua aspek kepribadian individu, yang di dalamnya
menyangkut penguasaan, pemahaman, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat,
apresiasi dan sebagainya. Demikian juga dengan pengalaman, ini berkenaan dengan
segala bentuk membaca, melihat, mendengar, merasakan, melakukan, menghayati,
membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, dan
sebagainya.
Hasil riset menunjukkan
bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar yang dominan, saat
mengerjakan tes, akan mencapai nilai yamg jauh lebih tinggi dibandingkan bila
mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.
Para peneliti menemukan adanya berbagai macam gaya belajar pada siswa yang
dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu, dengan kesimpulan sebagai
berikut:
1) Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut dengan gaya
belajar.
2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3) Kesesuaian gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Dengan demikian siswa
yang mempunyai keragaman gaya belajar yang variatif dan untuk diharapkan akan
dapat tercipta suasana belajar yang kondusif.
2. Macam-macam Gaya Belajar
a. Auditori (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory
Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.
Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru
kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang
yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap
melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga
memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu:
1. Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang
didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2. Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
3. Cenderung banyak omong
4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang
dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5. Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6. Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti
hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
b. Visual (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual
Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya,
bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya
belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk
kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai
orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini.
1. Kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk
mengetahuinya atau memahaminya,
2. Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna,
3. memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik,
5. terlalu reaktif terhadap suara,
6. sulit mengikuti anjuran secara lisan,
7. seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan
2. Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
3. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat
teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4. Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain.
Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5. Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
7. Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
c. Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic
Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar
seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi
utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang
yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca
penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
2. Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3. Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat
guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
4. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
5. Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
6. Menyukai praktek/ percobaan
7. Menyukai permainan dan aktivitas fisik
B. Mengapa Guru Harus Memahami Gaya Belajar Siswa
Seorang guru dituntut memiliki minimal dua kompetensi yang digunakan dalam
proses pembelajaran. Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang bersifat
administrasi dan non administrasi. Kompetensi yang bersifat administrasi
digunakan untuk kontrol dalam proses pembelajaran, membantu guru pengganti dan
menambah nilai angka kredit. Sedangkan kompetensi yang bersifat non
administrasi sebenarnya yang lebih penting dalam menentukan keberhasilan proses
pembelajaran dan lebih dominan. Di antaranya adalah keterampilan mengetahui
karakteristik belajar siswa. Memang dalam sistem pembelajaran ada program
remidial dan pengayaan untuk perbaikan dan peningkatan prestasi siswa. Namun
program tersebut tidak akan berjalan lancar bila hanya semata-mata menjalankan
program saja tanpa melihat keheterogenan siswa.
Terkadang guru sering salah paham dengan siswa berkenaan dengan gaya
belajar mereka. Seorang guru terkadang marah bila ada seorang siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran yang sedang disampaikan. Atau guru dengan mudahnya
memvonis seseorang siswa itu pandai atau bodoh. Atau siswa itu rajin atau malas
dalam belajarnya. Barangkali itu terjadi karena ketidaktahuan guru dengan
keheterogenan dari karakteristik belajar siswa. Barangkali kita kenal dengan
Albert Einstein, ia dicap oleh gurunya sebagai siswa yang idiot ternyata
bersamaan waktu berjalan beliau tercatat dalam sejarah sebagai seorangan
fisikawan terbesar abad 20 .Dalam buku Quantum Learning atau Quantum Teaching
(diterjemahkan oleh Penerbit Kaifa Bandung) dijelaskan tentang karakteristik
belajar seseorang atau gaya belajar seseorang. Dalam buku tersebut diuraikan
bahwa siswa memiliki tiga tipe belajar atau kombinasi dari ketiganya yaitu tipe
visual, tipe auditorial dan kinestetik. Ketiga tipe ini memiliki ciri khas dan
penanganan khusus pula.
1. Gaya belajar tipe visual adalah gaya belajar yang dominan mengandalkan
visual. ia memiliki ciri seperti :
a. Berbicara dengan cepat
b. Pengeja yang baik
c. Teliti terhadap yang detail
d. Pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca ketimbang dibacakan
e. Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
f. Pelupa dalam menyampaikan pesan verbal
g. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat
h. Senang terhadap seni daripada musik
i. Sukar atau tidak pandai memilih kata-kata ketika berbicara
j. Senang memperhatikan melalui demonstrasi daripada ceramah.
k. Pembawaannya rapi dan teratur.
l. Suka mengantuk bila mendengarkan penjelasan yang panjang lebar
Penanganan belajarnya adalah dengan dibantu kombinasi peraga visual, gambar
atau simbol-simbol.
2. Gaya belajar tipe auditorial adalah gaya belajar yang dominan mengandalkan
auditorial atau pendengaran. Ia memiliki ciri seperti :
a. Berbicara dengan diri sendiri (Jw : gremengan) saat bekerja atau belajar
b. Menggerakkan bibir mereka ketika membaca dan mendengarkan.
c. Pandai dalam menyampaikan pesan verbal
d. Dapat mengulangi dan meniru nada, birama atau warna suara tertentu ketika
bercerita.
e. Memiliki kesulitan ketika menulis tapi pandai bercerita dan fasih
ketika berbicara
f. Senang berdiskusi, berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar
Lebih senang musik dari pada seni yang melibatkan visual
Penanganan belajarnya adalah sering diajak diskusi atau menyampaikan
sesuatu atau pendapatnya mengenai pelajaran.
3. Gaya belajar tipe kinestetik adalah gaya belajar yang dominan praktek atau
eksperimen atau yang dapat diujicoba sendiri. Ia memiliki ciri seperti :
a. Berbicaranya dengan perlahan dan cermat
b. Ketika berbicara dengan seseorang biasanya ia menyentuh atau memegang orang
yang diajak berbicara atau tangannya sibuk dengan memainkan sesuatu umpama
pena.
c. Berorientasi pada fisik dan banyak gerak
d. Mengahafal sambil berjalan dan melihat
e. Belajar melalui manipulasi atau praktik
f. Senang berkreasi
g. Banyak menggunakan isyarat tubuh
h. Tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama
i. Kemungkinan besar tulisannya jelek
j. Tertantang dengan suatu aktivitas yang menyibukkan dan selalu ingin mencoba
atau bereksperimen sendiri
k. Senang dengan aktivitas fisik, olahraga atau kerja praktik
Penanganan belajarnya adalah sering dibantu dengan melibatkan mereka
dalam belajar secara langsung atau praktik. Khusus untuk tipe ini biasanya
prestasi mereka di bawah rerata dan kompensasinya biasanya mereka agak sedikit
sebagai pembuat keributan tetapi mereka menonjol di bidang seni/art, olahraga
atau ketrampilan.
Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru
akan dapat memberikan bekal kepada siswanya untuk dapat menghadapi perubahan
cara atau pola belajar di tiap jenjang pendidikan. Siswa tidak akan mengalami
shock study terhadap perubahan pola pembelajaran tersebut. Dan yang jelas dapat
menangani keheterogenan cara belajar siswa.
C.
Mengapa Kehadiran Guru Masih
Dibutuhkan Sedangkan Teknologi Sudah Canggih
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni
dapat memperbaiki kualitas hidup manusia.Berbagai
sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat
bermanfaat. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena
merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.
Di
sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk
ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak
iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal
mungkin? Sejauh manakah agama Islam dapat berperan dalam mengendalikan
perkembangan teknologi modern? Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran Islam dalam
perkembangan dan pemanfaatan teknologi tersebut.
Kemajuan Ilmu
pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu
abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh
perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan
meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap
segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Krisis multidimensional
terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral
Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: Tsunami,
gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang
disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran
ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang
diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang
terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang.
Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi
dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi
akibat ketidakadilan dan penjajahan (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju
yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Negara-negara yang
berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara
berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah
atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan
sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak
yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan
dirinya.Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut
buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja
nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan)
yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi
Barat.Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada
sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.
Dampak IPTEK Terhadap
Moral Umat
Iptek telah memberikan
begitu banyak manfaat dan nilai positif bagi umat manusia. Berbagai
kemudahan kini dirasakan oleh kita sebagai dampak dari perkembangan iptek yang
begitu pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari
dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat
positif bagi kehidupan manusia, memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara
baru dalam melakukan aktifitas manusia.
Khusus dalam bidang
teknologi, masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang telah dihasilkan
dalam dekade terakhir ini. Contoh termudah adalah dampak positif dari
berkembangnya iptek di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Kemajuan
di bidang jaringan internet telah memudahkan kita untuk mengakses informasi
dengan cepat dan biaya yang sangat ringan.Kemajuan di bidang komunikasi juga
telah membuat perdagangan internasional menjadi semakin mudah dan cepat.
Penemuan telepon genggam telah memudahkan kita untuk menghubungi seseorang di
mana saja ia berada atau dari mana saja kita berada. Secara singkat, kemajuan
iptek ini telah menghapus jarak, waktu, dan batas antar negara. Dikembangkannya
teknologi pesawat terbang telah memudahkan kita untuk pergi ke seluruh dunia
dalam waktu singkat. Perjalanan haji yang dulu membutuhkan waktu
berbulan-bulan karena menempuh perjalanan melalui laut kini dapat dilakukan
hanya dalam waktu delapan jam saja melalui jalur udara.
Di bidang industri,
iptek juga memberikan sumbangan yang begitu besar.Jenis-jenis pekerjaan yang
sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa
digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Kemajuan teknologi akan meningkatkan
kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri
maupun pada aspek jenis produksi.
Kemajuan iptek yang
telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan
banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia .Sumbangan
iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri.
Namun, dibalik semua
itu, banyak dampak negatif yang dapat merusak moral umat. Kemajuan iptek
yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan
umat manusia, bagi masyarakat sekarang sudah merupakan suatu
kesakralan.Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang
ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai penyelamat yang akan
membebaskan mereka dari berbagai kesulitan. Iptek diyakini akan memberi umat
manusia kebahagiaan. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan
kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.
Dalam peradaban modern, terlalu sering manusia terhenyak oleh dampak negatif
iptek yang muncul. Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan
kehidupan, tidak berarti iptek sama dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu
menampilkan kenyataan.
Kebenaran yang
manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus
mencakup pula unsur keadilan.Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,
oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi
dari masalah-masalah kemanusiaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Belajar adalah suatu proses latihan menuju perubahan yang akan menghasilkan
sesuatu yang dapat diukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan,
karena proses latihan tersebut telah melalui tahapan-tahapan sistematis yang
telah dipersiapkan sebelumnya melalui uji coba secara ilmiah.
2. Gaya Belajar terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Visual (Learning Visual),
Auditori (Auditory Learners), dan Kinestetik (Kinesthetic Learners).
3. Alasan seorang guru harus memahami gaya belajar siswa karena Seorang guru
dituntut memiliki minimal dua kompetensi yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang bersifat administrasi
dan non administrasi. Kompetensi yang bersifat administrasi digunakan untuk
kontrol dalam proses pembelajaran, membantu guru pengganti dan menambah nilai
angka kredit. Sedangkan kompetensi yang bersifat nonadministrasi sebenarnya
yang lebih penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan lebih
dominan. Di antaranya adalah keterampilan mengetahui karakteristik belajar
siswa
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, dan saya anggap telah
memenuhi syarat-syarat ilmiah sehingga layak disebut sebagai karangan ilmiah.
Maka akhirnya makalah ini akan memberi manfaat bagi penulis khususnya berupa
penambahan wawasan. Kritik dan saran
yang membangun dari bapak/ibu pembaca sangat kami harapkan untuk menambah
khazanah keilmuan kita semua. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Adi Gunawan, Genius
Lesrning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
No comments:
Post a Comment