Saturday 25 June 2016

Makalah TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM



TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

A.    Rumusan Tujuan Pendidikan Islam
Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa al-umur bi maqashidiyah, bahwa setiap tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan serharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata –mata berorientasi pada sederetan materi. Sehingga tujuan study Islam terlebih dahulu harus dirumuskan, sebelum komponen-komponen lainnya
Pandangan “objective oriented” (berorientasi pada tujuan) mengajarkan bahwa tugas guru yang sesungguhnya bukanlah mengajarkan ilmu atau kecakapan tertentu pada anak didiknya saja, akan tetapi juga merealisir atau mencapai tujuan pendidikan. Istilah “tujuan” atau “sasaran” atau “maksud”, dalam bahasa Arab dinyatakan dengan “ghayat” atau “ahdaf” atau “maqasid”. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah ‘tujuan” dinyatakan dengan “goal” atau “perpose” atau “objective” atau “aim”. Secara umum istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, atau maksud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas Tujuan itu sendiri menurut Zakiyah Darajat, adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut H.M. Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukkan kepada futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu ).Meskipun banyak pendapat tentang pengertian tujuan, akan tetapi pada umumnya pengertian itu terpusat pada usaha atau perbuatan yang dilaksanakan untuk suatu maksud tertentu.
Tujuan merupakan sasaran, arah, yang hendak dituju, dicapai dan sekaligus menjadi pedoman yang member arah bagi segala aktivitas dan kegiatan pendidikan yang sudah dilakukan. Dengan kata lain, tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan yang lain. Tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat berfokus pada apa yang di cita-citakan, dan yang terpenting lagi dapat memberi penilaian atau evaluasi pada kegiatan-kegiatan dari usaha pendidikan.
Beberapa perbedaan tujuan yang ada di berbagai Negara dan filosof dapat dinyatakan sebagai berikut :
-                Sparta, Negara ini mempunya tujuan pendidikan mempersiapkan laki-laki yang kuat jasmaninya dalam peperangan dan fasih pembicaraannya di majelis.
-                Athena, tujuan pendidikannya adalah mempersiapkan individu-individu supaya menjadi individu yang utuh (the exelence man as man). Maksudnya supaya seseorang itu mampu berdiri sendiri dan harmonis dalam tingkah lakunya serta seimbang pula antara kekuatan jasmani dan rohaninya,serta baik akhlaknya baik perkataan maupun perbuatannya.
-                Jepang modern, pendidikan di Negara ini menghasilkan pegawai yang ikhlas dan setia pada rajanya, dan mempergunakan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk kepentingan kerajaan.
-                Amerika serikat, yang menjadi pelopor system demokrasi liberal di dunia, mengetengahkan tujuan pendidikan pada bentuknya manusia warga Negara yang demokratis  dan warga Negara yang baik serta memiliki efisiensi social dan kehidupan ekonomi yang bermutu. Dari sini Nampak bahwa rumusan manusia ideal yang hendak di bentuk melalui proses kependidikan adalah manusia  yang berjiwa demokratis, taat kepada peraturan perundang-undangan Negara selaku warga Negara serta memiliki kompetensi dalam mengolah kehidupan ekonomi yang bernilai cukup tinggi.
Adapun beberapa filosof menberikan formulasi tujuan sebuah pendidikan, diantaranya :
-                Aristoteles, bahwa tujuan pendidikan ialah mempersiapkan akal untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sebagaimana bumi disiapkan untuk tumbuh-tumbuhan dan tanaman.
-                Immanuel kant, pendidikan bertujuan untuk mengangkat manusia kepada kesempurnaan yang mungkin di capai .
-                Herbert spenser, tujuan yang hendak dicapai dari sebuah pendidikan ialah mempersiapkan manusia supaya dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
Pada dasarnya tujuan pendidikan islam sejalan dengan tujuan misi islam itu sendiri, yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak  hingga mencapai tingkat akhlak al-karimah, selain itu, ada dua sasaran pokok yang akan dicapai oleh pendidikan islam tadi, kebahagiaan dunia dan kesejahteraan akhirat, memuat dua sisi penting. Dan ini dipandang sebagai nilai lebih pendidikan islam dibandingkan pendidikan lain secara umum. Istilah tujuan atau maksud dalam bahasa arab dinyatakan dengan ghayat,ahdaf, dan maqashid. Sedangkan dalam bahasa inggris dinyatakan dengan goal, purpouse atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui upaya tau aktifitas
Ada juga yang memberikan uraian bahwa tujuan pendidikan Islam terbagi menjadi lima bagian, pendapat ini menurut Fadlil al-jamily yaitu
-                Mengenalkan manusia akan perannya di antara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya di dalam hidup ini
-                Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat
-                Mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajar mereka untuk mengetahui hikmah diciptakannya serta memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.
-                Mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya.
Ali Ashraf menawarkan tujuan pendidikan Islam dengan terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah SWT, pada tingkat individu, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya. Tujuan umum itu merupakan kristalisasi dari tujuan khusus pendidikan Islam. Adapun tujuan khusus pendidikan Islam menurut Ali Ashraf
-                Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern;
-                Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan social, dan pembangunan nasional;
-                 Mengembangkan kemampuan pada diri peserta didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komperatif kebudayaan dan peradaban islami di atas semua kebudayaan lain;
-                Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan kreatif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah;
Dari seluuruh formulasi tujuan pendidikan islam di atas, dapatlah diambil sebuah benang merah tujuan pendidikan islam adalah bahwa terbentukmya insane kami yang didalamnya memiliki wawasan kaffah agar mampu menjelaskan tugas-tugas kehambaan, kekhalifahan, dan pewaris nabi. Dalam versi yang lain, muhamad iqbal yang dikutip dawan raharjo, memberikan criteria insane kamil dengan insane yang beriman yang didalam dirinya terdapat kekuatan, wawasan, pembuatan, dan kebijaksanaan dan mempunyai sifat-sifat yang tercermin dalam pribadi nabi berupa karimah.


B.     Tahap-tahap tujuan pendidikan islam
      Dalam dinamika kehidupan manusia, akan terjadi keterbatasan yang terikat oleh ruang dan waktu, sehingga rumusan tujuan pendidikan tidak dapat melampaui batas-batas kehidupan itu. Artinya, kondisi psikis serta lingkungan ia berada, selalu menjadi perhatian dan penekaan dalam perumusan tujuan pendidikan. Konskuensinya, perumusan tujuan pendidikan akan menjadi terbuka dan berjenjang atau bertahap.
      Terbuka artinya, bahwa rumusan tujuan pendidikan bisa terus diperluas dan disempurnakan. Sedangkan berjenjang berarti dapat disesuaikan dengan tuntutan yang bersifat insidental, instrumental, maupun mental. Berawal dari sini maka beberapa ahli memberikan pandangan mengenai tahap-tahap dalam tujuan pendidikan.
Abu ahmadi berpandangan bahwa tahap-tahap dalam tujuan pendidikan islam meliputi :
1)      Tujuan tertinggi atau tujuan terakhir
2)      Tujuan umum
3)      Tujuan khusus
4)      Tujuan sementara
     Demikian juga zakiyah derjat juga membagi tahap tujuan pendidikan islam menjadi empat, dengan perincian :
1)        Tujuan umum
2)        Tujuan akhir
3)        Tujuan sementara
4)        Tujuan oprasional
Dari beberapa pembagian tersebut, pada dasarnya tahap tujuan pendidikan iskam mencakup empat tahap yaitu :
1.      Tujuan umum, ialah tujuan yang hendak dicapai seluruh kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran dan yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda dalam setiap tingkat umur, kecerdasan, situasai dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang redah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
2.      Tujuan akhir, ialah tujuan yang disandarkan pada akhir hidup manusia, karna pendidikan islam berlangsung selama manusia masih hidup. Tujuan umum yang berupa insan kamil dengan pola takwa misalnya, dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah berkurang, dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karna itulah pendidikan islam berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, menumpuk, mengembangkan, memelihara, dan memperthankan tujuan pendidikan yang telah tercapai. Orang yang bertaqwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan, sekurang-kuangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri  dan bukan dalam pendidikan.
3.      Tujuan sementara, ialah tujuan yang akan dicapai setelah peserta didik diberi  sejumlah pengalaman tertentu yang di rencana kan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.tujuan oprasional dalam  bentuk semisal tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instuksional umum dan khusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan mekipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa cirri poko sudah kelihatan pada pribadi peserta didik. Tujuan pendidikan islam seolah-olah merupakan sebuah lingkaran, yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tigkat pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Dan disinilah barangkali perbedaan tujuan pendidikan islam dibandingkan dengan pendidikan yang lain. Contoh aplikasinya dalam pendidikan  misalnya, sejak tingkat taman kanak dan sekolah dasar, gambar insane kamil itu hendaknya sudah terpolakan. Bentuk insane kamil dengan pola taqwa harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan islam. Oleh karna itu semua lembaga pendidikan islam harus mampu merumuskan tujuan pendidikan islam sesuai dengan tingkat jenis pendidikannya.
4.      Tujuan oprasional, yaitu tujuan praktis yang akan di capai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan  degan bahan-bahan yang sudah di persiap kan dan di perkirakan  akan mencapai  tujuan tertentu  di sebut tujuan oprasional.dalam pendidikan formal, tujuan oprasional ini di sebut  tujuan instruksioal yang selanjut nya  di kembangkan menjadi tujuan  instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK).
Tujuan instruksional ini merupakan tujuan  pengajaran yang di rencana kan dalam unuit-unit  pengajaran. Dalam tujuan oprasional  ini lebih ditekankan kemampuan dan keterampilan peserta  didik dari pada  sipat penghayatan  dan kepribadian , missal nya dapat berbuat ,terampil melakukan , lancer  mengucap kan  dan sebagai nya.

C.    Aspek-Aspek Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana dikutip  oleh Majid ‘Irsan Al-Kaylani (1986:177-178), tujuan pendidikan islam tertuju pada empat aspek, yaitu: a. Tercapainya pendidikan tauhid; b. Mengetahui ilmu Allah melalui pemahaman terhadap kebenaran makhluk-Nya; c. Mengetahui kekuatan Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kuantitas, dan kreativitas makhlukNya; d. Mengetahui apa yang di perbuat Allah tentang realitas dan jenis-jenis perilakunya.
Aspek tujuan pendidikan Islam menurut Abd Rahman shaleh Abd Allah dalam bukunya Education Theory, a quranz Outlook ,meliputi empat hal, yaitu
1.      Tujuan Jasmaniah (ahdap al Jismiyyah)
Tujuan pendidikan perlu dikaitkan dengan tugas manusia selaku kholifah di muka bumi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang bagus di samping rohani yang teguh. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda artinya “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan labih disayangi oleh Allah SWT. dari pada mukmin yang lemah”.
Kata “ kuat “ dalam hadits di atas dapat diartikan dengan kuat secara jasmani sesuai dengan firman Allah : Sesungguhnya Allah SWT telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang kuat perkasa.“
Dalam ayat di atas dikisahkan bahwa Thalut dipilih oleh Allah menjadi raja karena ia pandai dan kuat tubuhnya untuk melawan Djalut yang terkenal berbadan besar seperti raksasa, namun Thalut dapat mengalahkannya dengan perantaraan Daud yang melemparkan bandilnya dengan pertolongan Allah sehingga dapat merobohkan tubuh Djalut sehingga tewas.
Jadi tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia Muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki keterampilan yang tinggi.
2.      Tujuan Rohaniah (Ahdaf al Ruhaniyyah)
Kalau kita perhatikan, tujuan ini dikaitkan dengan kemampuan manusia menerima agama Islam yang inti ajarannya adalah keimanan dan ketaatan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa dengan tunduk dan patuh kepada nilai-nilai moralitas yang diajarkan-Nya dengan mengikuti keteladanan Rasulullah SAW inilah tujuan rahaniah pendidikan Islam.
Tujuan pendidikan rohaniah, diarahkan kepada pembentukkan akhlak mulia, yang ini oleh para pendidik modern Barat dikategorikan sebagai tujuan pendidikan religius, yang oleh kebanyakan pemikir pendidikan Islam tidak disetujui istilah itu, karena akan memberikan kesan akan adanya tujuan pendidikan yang non religius dalam Islam
Muhammad Qutb mengatakan bahwa tujuan pendidikan rohiyyah mengandung pengertian “ Ruh ” yang merupakan mata rantai pokok yang menghubungkan antara manusia dengan Allah SWT, dan pendidikan Islam harus bertujuan untuk membimbing manusia sedemikian rupa sehingga ia selalu tetap berada dalam hubungan dengan Allah SWT
3.      Tujuan Akal (Ahdaf al Aqliyah)
Selain tujuan jasmaniah dan tujuan rohaniah, pendidikan Islam juga memperhatikan tujuan akal. Aspek tujuan ini bertumpu pada pengembangan intelegensia (kecerdasan) yang berada dalam otak. Sehingga mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah di jagad raya ini. Seluruh alam ini bagaikan sebuah bola besar yang harus dijadikan obyek pengamatan dan renungan fikiran manusia sehingga dari padanya ia mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang dan makin mendalam. Firman Allah yang mendorong pendidikan akal banyak terdapat di dalam Al-Quran tak kurang dari 300 kali. Sebagai contoh:
Artinya : ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” (QS Ali Imran: 190)
Artinya :” Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (QS. Ar Ra’d: 19)
Kemudian melalui proses observasi dengan panca indra manusia dapat dididik untuk menggunakan akal kecerdasannya untuk meneliti, menganalisis keajaiban ciptaan Allah SWT. di alam semesta yang berisi khazanah ilmu pengetahuan yang menjadi bahan pokok pemikiran yang analitis untuk dikembangkan menjadi ilmu ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam bentuk-bentuk teknologi yang semakin canggih.
Proses intelektualisasi pendidikan Islam terhadap sasaran pendidikannya berbeda dengan proses yang sama yang dilakukan oleh pendidikan non Islami, misalnya pendidikan sekuler di Barat. Ciri khas pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidikan Islam adalah tetap menanamkan (menginternalisasikan) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam seperti keimanan, akhlak, dan ubudiyah serta mu’amalah ke dalam pribadi manusia didik.
4.      Tujuan Sosial (Ahdaf al Ijtima’iyyah)
Tujuan sosial ini merupakan pembentukkan kepribadian yang utuh. Di mana identitas individu, di sini tecermin sebagai manusia yang hidup pada masyarakat yang plural (majemuk). Tujuan pendidikan sosial ini penting artinya karena manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi seyogyanya mempunyai kepribadian yang utama dan seimbang. Yang karenanya tidak mungkin manusia menjauhkan diri dari kehidupan bermasyarakat.
Individu merupakan bagian integral dari anggota kelompok di dalam masyarakat atau keluarga, Atau sebagai anggota keluarga dan pada waktu yang sama sebagai anggota masyarakat . kesesuaiannya dengan cita-cita sosial diperoleh dari individu-individu. Maka persaudaraan dianggap sebagai salah satu kunci konsep sosial dalam Islam yang menghendaki setiap individu memerlukan individu lainnya dengan cara-cara tertentu
Keserasian antara individu dan masyarakat tidak mempunyai sifat kontradiksi antara tujuan sosial dan tujuan individual. “ aku ” adalah “ kami ”, merupakan pernyataan yang berarti seseorang tidak boleh kehilangan “ aku ”–nya dalam ke hidupan masyarakat. Pendidikan menitikberatkan pada perkembangan karakter-karakter yang unik, agar manusia mampu beradaftasi dengan standar masyarakat bersama-sama dengan cita-cita yang ada padanya. Keharmonisan yang seperti inilah yang merupakan karakteristik peretama yang akan dicari dalam tujuan pendidikan Islam.
1.        Tujuan Normatif
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan norma-norma yang mampu mengkristalisasikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasi, misalnya :
a.        Tujuan formatif yang bersifat memberi persiapan dasar yang korektif.
b.        Tujuan selektif yang bersifat memberikan kemampuan untuk membedakan hal-hal yang benar dan yang salah.
c.        Tujuan determinatif yang bersifat memberi kemampuan  untuk mengarahkan dari pada sasaran- sasaran yang sejajar dengan proses kependidikan.
d.       Tujuan integratif yang bersifat memberi kemampuan untuk memadukan fungsi psikis (pikiran, perasaan, kemauan, ingatan, dan nafsu) kearah tujuan akhir.
e.        Tujuan aplikatif yang bersifat memberikan kemampuan penerapan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam pengalaman pendidikan.
2.        Tujuan Fungsional
Tujuan yang sasarannya diarahkan pada kemampuan peserta didik untuk memfungsikan daya kognisi, afeksi, dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh, sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan ini meliputi :
a.       Tujuan individual, yang sasarannya  pada pemberian kemampuan individual untuk mengamalkan nilai-nilai yang telah diinternalisasikan kedalam pribadi berupa moral, intelektual dan skill.
b.      Tujuan  sosial, yang sasarannya pada pemberian kemampuan pengamalan nilai-nilai kedalamm kehidupan sosial, interpersonal, dan interaksional dengan orang lain dalam masyarakat.
c.       Tujuan moral, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan moral atas dorongan motivasi yang bersumber pada agama (teogenetis), dorongan sosial (sosiogenetis), dorongan psikologis (psikogenetis), dan dorongan biologis (biogenetis).
d.      Tujuan profesional, yang sasarannya pada pemberian kemampuan untuk mengamalkan keahliannya, sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
3.        Tujuan Operasional
Tujuan yang mempunyai sasaran teknis manajerial. Menurut langeveld, tujuan ini dibagi menjadi enam macam, yaitu :
a.       Tujuan umum (tujuan total), menurut Kohnstam dan Guning, tujuan ini mengupayakan bentuk manusia kamil, yaitu manusia yang dapat menunjukan keselaraasn dan keharmonisan antara jasmani dan rohani, baik dalam segi kejiwaan, kehidupan individu, maupun untuk kehidupan bersama yang menjadikan integritas ketiga ini hakikat manusia.
b.      Tujuan khusus, tujuan ini sebagai indikasi tercapainya tujuan umum, yaitu tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan tertentu, baik berkaitan dengan cita-cita pembangunan suatu bangsa, tugas dari suatu badan atau lembaga pendidikan, bakat kemampuan peserta didik, seperti memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk bekal hidupnya setelah ia tamat, dan sekaligus merupakan dasar persiapan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya.
c.       Tujuan tak lengkap, tujuan ini berkaitan dengan  kepribadian manusia dari suatu aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai hidup tertentu, misalnya kesusilaan, keagamaan, keindahan, kemasyarakatan, pengetahuan, dan sebagainya.
d.      Tujuan insidental (tujuan seketika), tujuan ini timbul karena kebetulan, bersifat mendadak, dan besifat sesaat, misalnya mengadakan sholat jenazah ketika ada orang yang meninggal.
e.       Tujuan sementara,  tujuan yang ingin  dicapai pada fase-fase tertentu dari tujuan umum, seperti fase anak yang tujuan belajarnya adalah membaca dan menulis, fase manula yang tujuan-tujuannya adalah membekali diri untuk menghadap ilahi, dan sebagainya. 
f.       Tujuan intermedier, tujuan yang berkaitan dengan penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan demi tercapainya tujuan sementara, misalnya anak belajar membaca dan menulis, berhitung dan sebagainya.
            Komponen komponen tujuan di atas tidak hanya berfokus pada tujuan yang bersifat teoritis,tetapi juga tujuan praktis yang sasarannya pada pemberian kemampuan praktis peserta didik. Sehingga setelah ia mendapatkan sebuah proses didikan tertentu, ia akhirnya dapat mengaplikasikannya dengan penuh tanggung jawab, sesuai kompetensi dimilikinya.
Dalam islam, orientasi sebuah pendidikan akan mengacu pada minimal 4 aspek, yaitu :
-                Berorientasi pada tujuan dan tugas pokok manusia. Manusia di alaam semesta ini tentunya tidak karena kebetulan atau sia-sia saja. Ia ciptakan dengan membawa tujuan dan tugas tertentu, yaitu sebagai ‘abd dan kholifah fi ardh. Untuk itu pendidikan islam harus mampu mengantarkan memformulasikan system pendidikannya kearah pencapaian tugas dan fungsi manusia ciptakan di dunia.
-                Berorientasi pada sifat dasar dan alami (nature) manusia. Manusia diciptakan tuhan dengan di bekali berbagai fitrah yang memiliki kecenderungan pada hanif lewat tuntutan agama-nya. Sehingga pola pendidikan harus mampu mengembangkan fitrah insaniyah tersebut sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya.
-                Berorientasi pada tuntutan masyarakat dan zaman, yang merupakan pelestarian nilai-nilai budaya yang telah melembaga dalam menghadapi dinamika perkembangan modern yang penuh dengan ekselerasi.
-                Berorientasi kehidupan ideal islam, yang mengandung nilaibahwa sistem pendidikan islam harus mampu menyeimbangkan dan memadukan antara kepentingan hidup dunia dan akhirat. Keseimbangan dan keserasian antara kedua kepentingan hidup tersebut menjadi daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negative dan berbagai gejola kehidupan yang menghambat ketentraman dan ketenangan hidup manusia, baik yang bersifat spiritual, sosial, kultural, ekonomis maupun ideologi dalam kehidupan pribadi manusia.
Untuk dapat mengformulasikan sebuah tujuan dalam pendidikan yang adaptip dan kompetitif, maka harus mengacu pada beberapa prinsip dibawah ini, yaitu :
-          Prinsip universal (syumuliyyah). Yaitu prinsip yang memandang bahwa pendidikan merupakan sebuah realisasi dan implementasi dari seluruh aspek yang dihadapi manusia. Diantaranya aspek agama (ibadah, akhlak, dan muamalah), aspek manusia sendiri (jasmani, rohani, dan nafsu), masyarakat dengan tekanan kehidupannya, dan adanya realitas dunia dan hidup itu sendiri. Implikasinya terhadap formulasi tujuan pendidikan yaitu akan membuka, mengembangkan, dan mendidik seluruh dimensi pribadi manusia dan segala modalitasnya, xan meningkatkan kondisi kebudayaan, sosial, ekonomi, politik sebagai problem solving dalam dinamika kehidupan dan cita-cita luhur.
-          Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan (tawazun wa iqtishadiyah). Yaitu keseimbangan seluruh aspek kehidupan manusia, berbagai kebutuhan individual dan komunitas, serta tuntutan pelestarian nilai-nilai budaya masa kini, serta berusaha memadukannya guna menjembatani problematika kehidupan manusia.
-          Prinsip kejelasan (tabayun). Sebuah prinsip yang didalamnya teradapat ajaran dan hokum yang berfungsi memberikan kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qalb, akal, dan hawa nafsu) dan hokum dari problem yang dihadapi, sehingga terwujud tujuan , kurikulum, dan metode pendidikan secara jelas dan sistematis.
-          Prinsip tak bertentangan, yaitu prinsip yang di dalamnya tidak ada pertentangan antara berbagai unsur dan cara pelaksanaan sistem pendidikan yang direncanakan, namun dapat berjalan secara harmonis dan simultan da saling mendukung.
-          Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan, yaitu tidak adanya sifat hanyalah dalam kandungan materi dan program pendidikan, tidak berlebihan, serta adanya kaidah yang pragtis realistis dan sesuai dengan fitrah, situasi dan kondisis seperti sosioekonomi, sosiopolitik, dan sosiokultural, serta kemampuan peserta didik.
-          Prinsip perubahan yang diingini, yaitu adanya perubahan strukrur manusia yang meliputi jasmaniyah, runiyah,nafsuniyah, serta perubahan kondisi psikologis, sosiologis,epistomologis,paragigma,intelegensi, nilai-nilai, sikap peserta didik untuk mencapai dinamisasi kesempurnaan pendidikan.
-          Prinsip menjaga perbedaan-perbedaan individu, yaitu dengan tetap mempertimbangan dan memperthatikan pluralitas peserta didik, baik berupa ciri-ciri, kebutuhan, intelegensia, kebolehan, minat, sikap, tahap pemetangan jasmani, akal, emosi, sosial, dan semua aspek yang ada secara serasi dan seimbang. Asumsi yang dibangun adalah bahwa semua induvidu “tidak sama” dengan lainnya.
-          Prinsip dinamis dalam menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi pada pelaku pendidikan serta lingkungan dimanapun pendidikan itu dilaksanakan. Hal ini dilakukan dalam rangka memperkaya seluruh metode yang digariskan oleh ajaran agama.
Selain perinsip di atas, Hilda taba memberi pandangan sendiri mengenai formulasi tujuan pendidikan islam, yaitu prinsip-prinsip pokok dalam rumusan tujuan pendidikan.
Rumusan tersebut adalah :
1)      Rumusan tujuan hendaknya meliputi aspek bentuk tingkah laku yang duharapkan (proses mental) dan bahan yang berkaitan dengan (produk).
2)      Tujuan-tujuan komples harus ditata sevara mapan, analitis, dan spesiik, sehingga tampak jelas bentuk-bentuk tingkah laku yang diharapkan.
3)      Formulasi harus jelas untuk pembentukan tingkah laku yang diinginkan dengan kegiatan belajar tertentu,
4)      Tujuan tersebut pada dasarnya bersifat developmental yang mencerminkan arah yang hendak dicapai
5)      Formulasi harus realistis, dan hendaknya memasukan terjemahan ke dalam kurikulum dan pengalaman belajar,
6)      Tujuan mencangkup segala aspek perkembangan peserta didik yang menjadi tanggung jawab sekolah.

No comments:

Post a Comment