Saturday 25 June 2016

GAYA BELAJAR SISWA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusiayang mendukung kemajuan bangsa dan negara. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menjelaskan: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini memberi makna bahwa pelaksanaan pendidikan nasional memiliki tujuan yang komplek, disamping bertaqwa kepada tuhannya, pendidikan juga diharapkan mampu membentuk peserta didik menjadi sosok yang cakap terhadap ilmunya dan mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.
Gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak dan konkret).
Terdapat tiga tipe gaya belajar yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu visual (cenderung belajar melalui apa yang mereka lihat), auditorial (belajar melalui apa yang mereka dengar) dan kinestetik (belajar melalui gerak dan sentuhan). Prestasi belajar masih tetap menjadi indikator untuk menilai tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar.
Dengan tujuan pendidikan diatas maka didalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana peran seorang guru dalam meningkatkan belajar siswa dengan mengetahui dan memahami bentuk-bentuk gaya belajar siswa, sehingga tujuan pendidikan tersebut akan tercapai.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana Bentuk Gaya Belajar Siswa?
2.      Mengapa  Guru Harus Memahami Gaya Belajar Siswa?
3.      Mengapa Kehadiran Guru Masih Dibutuhkan Sedangkan Tekhnologi Sudah Canggih?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bentuk gaya belajar siswa
2.      Untuk mengetahui alasan guru harus memahami gaya belajar siswa
3.      Untuk mengetahui alasan kehadiran guru masih dibutuhkan sedangkan teknologi sudah canggih









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Gaya Belajar Siswa
1.      Pengertian Gaya Belajar
Pengertian Gaya Belajar menurut para ahli, adalah sebagai berikut:
a.       Menurut rumusan Gathrie and Brow: “learning is always a case of improving same perfornce or gaining same new ability or understanding”.
b.      Ernest R. Hilgard, merinci rumusan belajar sebagai berikut: “learning is the process by which an activity originates or is changes through training procedures wheter in the laboratory or in the natural environment distinguished from changes by faktors not attributabel to training”.
c.       Sementara itu P. De Cecco William crow ford dalam bukunya The Psychology of Learning and Instruction mendefinisikan belajar adalah Learning is a relatively permanent change in a behavioral tendentcy and is the result of reinforced praktice,  Artinya “Belajar adalah perubahan yang relatif tetap dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek penguatan”.
d.      Ws. Wingkel mendefinisikan belajar adalah “Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.
e.       Sementara menurut Nasution yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berfikir dan memecahkan soal.
f.       Sedangkan menurut Adi W. Gunawan Pengertian gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Berdasarkan rumusan tersebut, dapat ditarik suatu pengertian bahwa belajar adalah sesuatu yang dapat meningkatkan perbuatan, kemampuan, atau pengertian baru.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gaya adalah tingkah laku, gerak-gerik dan sikap. Sedangkan belajar adalah menuntut ilmu.
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses aktif untuk menuju satu arah tertentu yang dapat meningkatkan perbuatan, kemampuan atau pengertian baru.
Belajar juga dapat diartikan suatu proses yang dapat menghasilkan suatu aktivitas baru melalui pelatihan di laboratorium maupun di lingkungan alam, yang hasil tersebut berbeda dengan hasil yang diperoleh tanpa adanya proses latihan. Tokoh-tokoh pendidikan lain yang memaknai belajar sebagai proses perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah suatu proses latihan menuju perubahan yang akan menghasilkan sesuatu yang dapat diukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, karena proses latihan tersebut telah melalui tahapan-tahapan sistematis yang telah dipersiapkan sebelumnya melalui uji coba secara ilmiah. Perubahan dalam rumusan pengertian belajar tersebut dapat menyangkut semua aspek kepribadian individu, yang di dalamnya menyangkut penguasaan, pemahaman, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat, apresiasi dan sebagainya. Demikian juga dengan pengalaman, ini berkenaan dengan segala bentuk membaca, melihat, mendengar, merasakan, melakukan, menghayati, membayangkan, merencanakan, melaksanakan, menilai, mencoba, menganalisis, dan sebagainya.
Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yamg jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.
Para peneliti menemukan adanya berbagai macam gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu, dengan kesimpulan sebagai berikut:
1)      Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut dengan gaya belajar.
2)      Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3)      Kesesuaian gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
Dengan demikian siswa yang mempunyai keragaman gaya belajar yang variatif dan untuk diharapkan akan dapat tercipta suasana belajar yang kondusif.
2.      Macam-macam Gaya Belajar
a.      Auditori (Auditory Learners )
Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu:
1.      Mampu mengingat dengan baik penjelasan guru di depan kelas, atau materi yang didiskusikan dalam kelompok/ kelas
2.      Pendengar ulung: anak mudah menguasai materi iklan/ lagu di televise/ radio
3.      Cenderung banyak omong
4.      Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya
5.      Kurang cakap dalm mengerjakan tugas mengarang/ menulis
6.      Senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan orang lain
7.      Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru dilingkungan sekitarnya, seperti hadirnya  anak baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas, dll
b.      Visual (Visual Learners)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. 
1.      Kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, 
2.      Memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, 
3.      memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, 
4.      memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, 
5.      terlalu reaktif terhadap suara, 
6.      sulit mengikuti anjuran secara lisan, 
7.      seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan
1.      Cenderung melihat sikap, gerakan, dan bibir guru yang sedang mengajar
2.      Bukan pendengar yang baik saat berkomunikasi
3.      Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya akan melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak
4.      Tak suka bicara didepan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang lain. Terlihat pasif dalam kegiatan diskusi.
5.      Kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan
6.      Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan
7.      Dapat duduk tenang ditengah situasi yang rebut dan ramai tanpa terganggu
c.       Kinestetik (Kinesthetic Learners)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya  ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik yaitu :
1.      Menyentuh segala sesuatu yang dijumapinya, termasuk saat belajar
2.      Sulit berdiam diri atau duduk manis, selalu ingin bergerak
3.      Mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya aktif. Contoh: saat guru menerangkan pelajaran, dia mendengarkan sambil tangannya asyik menggambar
4.      Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar
5.      Sulit menguasai hal-hal abstrak seperti peta, symbol dan lambing
6.      Menyukai praktek/ percobaan
7.      Menyukai permainan dan aktivitas fisik

B.     Mengapa Guru Harus Memahami Gaya Belajar Siswa
Seorang guru dituntut memiliki minimal dua kompetensi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang bersifat administrasi dan non administrasi. Kompetensi yang bersifat administrasi digunakan untuk kontrol dalam proses pembelajaran, membantu guru pengganti dan menambah nilai angka kredit. Sedangkan kompetensi yang bersifat non administrasi sebenarnya yang lebih penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan lebih dominan. Di antaranya adalah keterampilan mengetahui karakteristik belajar siswa. Memang dalam sistem pembelajaran ada program remidial dan pengayaan untuk perbaikan dan peningkatan prestasi siswa. Namun program tersebut tidak akan berjalan lancar bila hanya semata-mata menjalankan program saja tanpa melihat keheterogenan siswa.
Terkadang guru sering salah paham dengan siswa berkenaan dengan gaya belajar mereka. Seorang guru terkadang marah bila ada seorang siswa yang kurang memperhatikan pelajaran yang sedang disampaikan. Atau guru dengan mudahnya memvonis seseorang siswa itu pandai atau bodoh. Atau siswa itu rajin atau malas dalam belajarnya. Barangkali itu terjadi karena ketidaktahuan guru dengan keheterogenan dari karakteristik belajar siswa. Barangkali kita kenal dengan Albert Einstein, ia dicap oleh gurunya sebagai siswa yang idiot ternyata bersamaan waktu berjalan beliau tercatat dalam sejarah sebagai seorangan fisikawan terbesar abad 20 .Dalam buku Quantum Learning atau Quantum Teaching (diterjemahkan oleh Penerbit Kaifa Bandung) dijelaskan tentang karakteristik belajar seseorang atau gaya belajar seseorang. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa siswa memiliki tiga tipe belajar atau kombinasi dari ketiganya yaitu tipe visual, tipe auditorial dan kinestetik. Ketiga tipe ini memiliki ciri khas dan penanganan khusus pula.
1.      Gaya belajar tipe visual adalah gaya belajar yang dominan mengandalkan visual. ia memiliki ciri seperti :
a.    Berbicara dengan cepat
b.    Pengeja yang baik
c.    Teliti terhadap yang detail
d.   Pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca ketimbang dibacakan
e.    Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar
f.     Pelupa dalam menyampaikan pesan verbal
g.    Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat
h.    Senang terhadap seni daripada musik
i.      Sukar atau tidak pandai memilih kata-kata ketika berbicara
j.      Senang memperhatikan melalui demonstrasi daripada ceramah.
k.    Pembawaannya rapi dan teratur.
l.      Suka mengantuk bila mendengarkan penjelasan yang panjang lebar
Penanganan belajarnya adalah dengan dibantu kombinasi peraga visual, gambar atau simbol-simbol.
2.      Gaya belajar tipe auditorial adalah gaya belajar yang dominan mengandalkan auditorial atau pendengaran. Ia memiliki ciri seperti :
a.    Berbicara dengan diri sendiri (Jw : gremengan) saat bekerja atau belajar
b.    Menggerakkan bibir mereka ketika membaca dan mendengarkan.
c.    Pandai dalam menyampaikan pesan verbal
d.   Dapat mengulangi dan meniru nada, birama atau warna suara tertentu ketika bercerita.
e.    Memiliki  kesulitan ketika menulis tapi pandai bercerita dan fasih ketika berbicara
f.     Senang berdiskusi, berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar Lebih senang musik dari pada seni yang melibatkan visual
Penanganan belajarnya adalah sering diajak diskusi atau menyampaikan sesuatu atau pendapatnya mengenai pelajaran.
3.      Gaya belajar tipe kinestetik adalah gaya belajar yang dominan praktek atau eksperimen atau yang dapat diujicoba sendiri. Ia memiliki ciri seperti :
a.    Berbicaranya dengan perlahan dan cermat
b.    Ketika berbicara dengan seseorang biasanya ia menyentuh atau memegang orang yang diajak berbicara atau tangannya sibuk dengan memainkan sesuatu umpama pena.
c.    Berorientasi pada fisik dan banyak gerak
d.   Mengahafal sambil berjalan dan melihat
e.    Belajar melalui manipulasi atau praktik
f.     Senang berkreasi
g.    Banyak menggunakan isyarat tubuh
h.    Tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama
i.      Kemungkinan besar tulisannya jelek
j.      Tertantang dengan suatu aktivitas yang menyibukkan dan selalu ingin mencoba atau bereksperimen sendiri
k.    Senang dengan aktivitas fisik, olahraga atau kerja praktik
Penanganan  belajarnya adalah sering dibantu dengan melibatkan mereka dalam belajar secara langsung atau praktik. Khusus untuk tipe ini biasanya prestasi mereka di bawah rerata dan kompensasinya biasanya mereka agak sedikit sebagai pembuat keributan tetapi mereka menonjol di bidang seni/art, olahraga atau ketrampilan.
Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru akan dapat memberikan bekal kepada siswanya untuk dapat menghadapi perubahan cara atau pola belajar di tiap jenjang pendidikan. Siswa tidak akan mengalami shock study terhadap perubahan pola pembelajaran tersebut. Dan yang jelas dapat menangani keheterogenan cara belajar siswa.

C.    Mengapa Kehadiran Guru Masih Dibutuhkan Sedangkan Teknologi Sudah Canggih
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) di satu sisi memang berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia.Berbagai sarana modern industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Tapi di sisi lain, tak jarang iptek berdampak negatif karena merugikan dan membahayakan kehidupan dan martabat manusia.
Di sinilah, peran agama sebagai pedoman hidup menjadi sangat penting untuk ditengok kembali. Dapatkah agama memberi tuntunan agar kita memperoleh dampak iptek yang positif saja, seraya mengeliminasi dampak negatifnya semiminal mungkin? Sejauh manakah agama Islam dapat berperan dalam mengendalikan perkembangan teknologi modern? Tulisan ini bertujuan menjelaskan peran Islam dalam perkembangan dan pemanfaatan teknologi tersebut.
Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia, yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini, mencegangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang diakibatkannya.
Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: Tsunami, gempa dan kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll. Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan penjajahan (neo-imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang, yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan lemah, maka mereka kehilangan harga diri dan kepercayaan dirinya.Beberapa di antara mereka kemudian menjadi hamba budaya dan pengikut buta kepentingan negara-negara Barat. Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat.Akibatnya krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian besar bangsa-bangsa Muslim.

Dampak IPTEK Terhadap Moral Umat
Iptek telah memberikan begitu banyak manfaat dan nilai positif bagi umat manusia. Berbagai kemudahan kini dirasakan oleh kita sebagai dampak dari perkembangan iptek yang begitu pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia, memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. 
Khusus dalam bidang teknologi, masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Contoh termudah adalah dampak positif dari berkembangnya iptek di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Kemajuan di bidang jaringan internet telah memudahkan kita untuk mengakses informasi dengan cepat dan biaya yang sangat ringan.Kemajuan di bidang komunikasi juga telah membuat perdagangan internasional menjadi semakin mudah dan cepat. Penemuan telepon genggam telah memudahkan kita untuk menghubungi seseorang di mana saja ia berada atau dari mana saja kita berada. Secara singkat, kemajuan iptek ini telah menghapus jarak, waktu, dan batas antar negara. Dikembangkannya teknologi pesawat terbang telah memudahkan kita untuk pergi ke seluruh dunia dalam waktu singkat.  Perjalanan haji yang dulu membutuhkan waktu berbulan-bulan karena menempuh perjalanan melalui laut kini dapat dilakukan hanya dalam waktu delapan jam saja melalui jalur udara. 
Di bidang industri, iptek juga memberikan sumbangan yang begitu besar.Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Kemajuan teknologi akan meningkatkan kemampuan produktivitas dunia industri baik dari aspek teknologi industri maupun pada aspek jenis produksi.
Kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia .Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri.
Namun, dibalik semua itu, banyak dampak negatif yang dapat merusak moral umat. Kemajuan iptek yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia, bagi masyarakat sekarang sudah merupakan suatu kesakralan.Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai penyelamat yang akan membebaskan mereka dari berbagai kesulitan. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kebahagiaan. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern, terlalu sering manusia terhenyak oleh dampak negatif iptek yang muncul. Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sama dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan.
Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan.Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan, oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Belajar adalah suatu proses latihan menuju perubahan yang akan menghasilkan sesuatu yang dapat diukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan, karena proses latihan tersebut telah melalui tahapan-tahapan sistematis yang telah dipersiapkan sebelumnya melalui uji coba secara ilmiah.
2.      Gaya Belajar terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Visual (Learning Visual), Auditori (Auditory Learners), dan Kinestetik (Kinesthetic Learners).
3.      Alasan seorang guru harus memahami gaya belajar siswa karena Seorang guru dituntut memiliki minimal dua kompetensi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang bersifat administrasi dan non administrasi. Kompetensi yang bersifat administrasi digunakan untuk kontrol dalam proses pembelajaran, membantu guru pengganti dan menambah nilai angka kredit. Sedangkan kompetensi yang bersifat nonadministrasi sebenarnya yang lebih penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan lebih dominan. Di antaranya adalah keterampilan mengetahui karakteristik belajar siswa

B.     Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini dibuat, dan saya anggap telah memenuhi syarat-syarat ilmiah sehingga layak disebut sebagai karangan ilmiah. Maka akhirnya makalah ini akan memberi manfaat bagi penulis khususnya berupa penambahan wawasan. Kritik dan saran yang membangun dari bapak/ibu pembaca sangat kami harapkan untuk menambah khazanah keilmuan kita semua. Terima kasih



DAFTAR PUSTAKA

Adi Gunawan, Genius Lesrning Strategy Petunjuk Proses Mengajar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

No comments:

Post a Comment